PENERAPAN PENCERITAAN TERBATAS PADA PENYUTRADARAAN FILM FIKSI “SASANALAYA”
Abstract
Skripsi karya seni berjudul Penerapan Penceritaan Terbatas pada Penyutradaraan Film Fiksi “Sasanalaya” menggunakan teknik tersebut untuk menciptakan efek kejutan dan membuat penonton menduga-duga adegan dalam film. Objek penciptaan karya seni ini adalah film fiksi berjudul "Sasanalaya" yang menceritakan tentang Giman dan Ummi yang sedang mencoba meyakinkan Ririn untuk membicarakan tentang wasiat Bapak yang ingin mewakafkan tanahnya.
Penerapan penceritaan terbatas dilakukan dengan menyembunyikan informasi bahwa tanah yang sedang diurus akan diwakafkan. Informasi yang diberikan kepada penonton akan disembunyikan dan dipaparkan sedikit demi sedikit. Sehingga penonton akan menduga-duga adegan setelahnya. Konsep penciptaan karya ini ditekankan pada penerapan penceritaan terbatas di mana kamera tidak pernah lepas dari tokoh utama. Penonton akan mengikuti alur cerita melalui tokoh bernama Giman. Dengan begitu informasi yang didapatkan oleh penonton akan terbatas pada informasi yang juga diketahui oleh Giman. Dengan menyembunyikan informasi tersebut penonton akan dibuat penasaran dan memberikan efek kejutan ketika informasi tersebut diberikan.Full Text:
PDFReferences
Bordwell, David. 2008. Film Art : An Introduction, New York : McGraw-Hill.
Cassady, Marsh. 1995. Characters in Action: Playwriting the Easy Way. Colorado: Meriwether Publishing Ltd.
Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama “Sejarah, Teori dan Penerapannya”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Effendy, Onong Uchjana . 1896 . Televisi Siaran dan Praktek . Bandung : Alumni
Hariandja, Marihot T.E, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Grasindo.
Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Livingston, Donald L. 1969. Film and Director, New York : Capricon Books.
Mascelli, V. Joseph. 1997. The Five C’s of Cinematography Camera Angles. California: Cine Publications Hollywood.
(terjemahan H. Misbach Yusa Biran).2010. The Five C’S Cinematography: Motion Picture Filming Techniques Simplified (Lima Jurus Sinematografi). Jakarta: FFTV IKJ
Naratama, 2004. Menjadi Sutradara Televisi Dengan Single dan Multi Camera. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pratista, Himawan. 2008. Memahami film. Yogyakarta; Homerian Pustaka. Rabiger, Michael, dan Mick Hurbis-Cherrier . 2013 . Directing Film Techniques and Aesthetics Fifth Edition. Oxford : Focal Press
Surat Kabar :
Kedaulatan Rakyat. 2017, 26 Januari. Meski Kebutuhan Sudah Mendesak Lahan Pemakaman Baru Belum Diprioritaskan. Yogyakarta.
Sumber Online :
http://www.dorrancepublishing.com/character-driven-v-plot-driven-writing- whats-difference/ . Character Driven v. Plot Driven Writing: What’s the Difference? Diakses pada 11 Juli 2018
https://dikiumbara.wordpress.com/2012/06/27/editing-televisi-linear-dan-non- linear/ . Editing Televisi: Linear dan Non Linear. diakses pada 12 Juli 2018
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-artistik/Pengertian Artistik. diakses pada 12 Juli 2018
DOI: https://doi.org/10.24821/sense.v1i2.3491
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Sense : Journal of Film and Television Studies
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.