PENERAPAN PENCERITAAN TERBATAS PADA PENYUTRADARAAN FILM FIKSI “SASANALAYA”

Arbani Abdurohman Annas, Arif Eko Suprihono, Gregorius Arya Dhipayana

Abstract


Skripsi karya seni berjudul Penerapan Penceritaan Terbatas pada Penyutradaraan Film Fiksi “Sasanalaya” menggunakan teknik tersebut untuk menciptakan efek kejutan dan membuat penonton menduga-duga adegan dalam film. Objek penciptaan karya seni ini adalah film fiksi berjudul "Sasanalaya" yang menceritakan tentang Giman dan Ummi yang sedang mencoba meyakinkan Ririn untuk membicarakan tentang wasiat Bapak yang ingin mewakafkan tanahnya.

Penerapan penceritaan terbatas dilakukan dengan menyembunyikan informasi bahwa tanah yang sedang diurus akan diwakafkan. Informasi yang diberikan kepada penonton akan disembunyikan dan dipaparkan sedikit demi sedikit. Sehingga penonton akan menduga-duga adegan setelahnya. Konsep penciptaan karya ini ditekankan pada penerapan penceritaan terbatas di mana kamera tidak pernah lepas dari tokoh utama. Penonton akan mengikuti alur cerita melalui tokoh bernama Giman. Dengan begitu informasi yang didapatkan oleh penonton akan terbatas pada informasi yang juga diketahui oleh Giman. Dengan menyembunyikan informasi tersebut penonton akan dibuat penasaran dan memberikan efek kejutan ketika informasi tersebut diberikan.

Full Text:

PDF

References


Bordwell, David. 2008. Film Art : An Introduction, New York : McGraw-Hill.

Cassady, Marsh. 1995. Characters in Action: Playwriting the Easy Way. Colorado: Meriwether Publishing Ltd.

Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama “Sejarah, Teori dan Penerapannya”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Effendy, Onong Uchjana . 1896 . Televisi Siaran dan Praktek . Bandung : Alumni

Hariandja, Marihot T.E, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Grasindo.

Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Livingston, Donald L. 1969. Film and Director, New York : Capricon Books.

Mascelli, V. Joseph. 1997. The Five C’s of Cinematography Camera Angles. California: Cine Publications Hollywood.

(terjemahan H. Misbach Yusa Biran).2010. The Five C’S Cinematography: Motion Picture Filming Techniques Simplified (Lima Jurus Sinematografi). Jakarta: FFTV IKJ

Naratama, 2004. Menjadi Sutradara Televisi Dengan Single dan Multi Camera. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami film. Yogyakarta; Homerian Pustaka. Rabiger, Michael, dan Mick Hurbis-Cherrier . 2013 . Directing Film Techniques and Aesthetics Fifth Edition. Oxford : Focal Press

Surat Kabar :

Kedaulatan Rakyat. 2017, 26 Januari. Meski Kebutuhan Sudah Mendesak Lahan Pemakaman Baru Belum Diprioritaskan. Yogyakarta.

Sumber Online :

http://www.dorrancepublishing.com/character-driven-v-plot-driven-writing- whats-difference/ . Character Driven v. Plot Driven Writing: What’s the Difference? Diakses pada 11 Juli 2018

https://dikiumbara.wordpress.com/2012/06/27/editing-televisi-linear-dan-non- linear/ . Editing Televisi: Linear dan Non Linear. diakses pada 12 Juli 2018

http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-artistik/Pengertian Artistik. diakses pada 12 Juli 2018




DOI: https://doi.org/10.24821/sense.v1i2.3491

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Sense : Journal of Film and Television Studies



View My Stats.


Creative Commons License
This work is licensed under a 
Creative Commons Attribution 4.0 International License.