Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq dalam Dokumenter Etnografi “Malas Budi Basaq”
Abstract
Penciptaan karya dokumenter ini adalah puncak ritual kematian dalam suku Dayak Tonyooi Benuaq, yaitu kuangkai. Kuangkai dilaksanakan bertahun-tahun setelah seseorang meninggal, yakni saat tengkorak sudah bisa dipisahkan darai badan. Kuangkai merupakan bentuk balas budi yang dilakukan oleh pihak keluarga. Masyarakat adat yakin, apabila seseorang meninggal, roh mereka harus dijemput oleh leluhur agar dapat sampai ke surga. Sebelum ritual kuangkai, ada tahap parapm api dan kenyau yang dilakukan bertahun-tahun sebelumnya, ketika seseorang baru meninggal.
Dokumenter “Malas Budi Basaq” menggunakan metode etnografi agar penonton mengetahui pentingnya kuangkai berdasarkan sudut pandang masyarakat Tonyooi Benuaq. Pendekatan melalui metode ini membuat makna-makna yang terkandung dalam ritual kuangkai dapat disajikan dengan maksimal. Gaya ekspositori digunakan agar segala informasi mengenai kuangkai yang masih asing bagi sebagian besar penonton dapat tersampaikan dengan baik. Struktur kronologis dipilih untuk memaparkan tahapan ritual kuangkai yang berlangsung selama kurang lebih 14 hari.
Hasil karya seni ini menunjukkan bagaimana kedudukan kuangkai sebagai puncak ritual kematian bagi masyarakat Dayak Tonyooi Benuaq. Kuangkai tetap menjadi sebuah ritual yang sakral dan akan terus mereka laksanakan sebagai bukti penghormatan dan balas budi kepada roh-roh leluhur.Full Text:
PDFReferences
Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV-IKJ Press.
Dyson, Laurentius & Emanuel. 2013. Kebijakan Tentang Budaya Lokal. Surabaya: Fakultas Bahasa dan Seni bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kutai Barat.
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
______________ 2010 Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Malinowski, Bronislaw. 1992. Argonauts of the Western Pacific. London: G. Routledge & Sons.
Naratama. 2013. Menjadi Sutradara Televisi: dengan Single dan Multicamera.
Jakarta: Grasindo.
Pratista, Himawan. 2017. Memahami Film: Edisi 2. Yogyakarta: Montase Press.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Widjono, Roedy Haryo. 2006. Dilema Transformasi Budaya Dayak. Samarinda: Nomaden Institute Cross Culture Studies.
Daftar Sumber Online
Durington, Matthew. 2013. “Etnographic Film”. http://www.oxfordbibliograph- ies.com/view/document/obo-9780199766567/obo-9780199766567-0110. xml#firstMatch. Diakses 14 Januari 2018.
Ruby, Jay. 1996. “Visual anthropology. In Encyclopedia of Cultural Anthropology. Vol. 4”. Disunting oleh David Levinson dan Melvin Ember, 1345–1351. New York: Henry Holt.
DOI: https://doi.org/10.24821/sense.v1i1.3316
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Sense : Journal of Film and Television Studies
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.