Representasi Konsep Patet dalam Tradisi Garap Gamelan Bali

I Ketut Ketut Ardana

Abstract


Patet merupakan salah satu persoalan penting karena memiliki keberagaman dalam tradisi garap pada setiap gamelan Bali.. Sayangnya, keberagaman tersebut tidak terpublikasi dan terumuskan secara komprehensif menjadi sebuah teori yang dapat menjelaskan patet gamelan Bali. Salah satu garap patet yang unik, yang diangkat dalam penelitian ini adalah implementasi patet dalam Gamelan Gong Suling. Gamelan ini merupakan salah satu gamelan yang tidak eksis di masyarakat, namun sesungguhnya memiliki fleksibelitas dalam konsep penggarapan terutama persoalan patet yang berbeda dengan gamelan Bali lainnya. Oleh sebab itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi patet dalam Gamelan Gong Suling. Metode penelitian didasarkan pada metode analisis deskriptif melalui teori garap. Ada dua aspek analisis utama tentang garap Gamelan Gong Suling: (1) pengelompokan tungguhan (instrumen), dan (2) konsepsi musik. Sedangkan untuk instrumennya, Gamelan Gong Suling terdiri dari seruling Bali, kendang, cengceng ricik, kajar, klenang, dan gong pulu. Mengenai fungsi alat musiknya, seruling Bali memainkan melodi (bantang gending, bon gending, payasan gending), kendang memainkan payasan gending, cengceng ricik memainkan pengramen, dan gong pulu memainkan pesu mulih. Konsep musik Gamelan Gong Suling menyangkut: materi garap, prabot garap atau piranti garap, dan penentu garap. Mengenai materi garap, Gamelan Gong Suling memiliki nada dasar yang disebut Bantang Gending; mengenai Piranti Garap, Gamelan Gong Suling memiliki lima tetekep: tetekep deng, dang, dong, dung dan ding; Adapun tentang Penentu Garap, terdapat empat ragam garap dalam Gamelan Gong Suling: garap tabuh petegak, garap prosesi, garap kreasi, dan garap dolanan.

ABSTRACT

The Representation of Patet Concept in the Working Tradition of the Balinese Gamelan. Patet is an actual problem because it has diversity in the working tradition of the Balinese gamelan. Unfortunately, this diversity is not published and formulated comprehensively into a theory that can explain the patet of the Balinese gamelan. One of the unique patet works raised in this study is the representation of patet in Gamelan Gong Suling. This gamelan is one of the gamelans that does not exist in society. It has flexibility in the concept of gamelan works, especially the problem of patet, which is different from other Balinese gamelan. Therefore, the formulation of the situation in this study is implementing the patet in Gamelan Gong Suling. The research methodology is based on the descriptive analysis method through garap theory. There are two main analysis aspects concerning the work of Gamelan Gong Suling: (1) the tungguhan (instrumens) grouping, and (2) the musical conception. As for the instrumentation, Gamelan Gong Suling is composed of Balinese flutes, kendang, cengceng ricik, kajar, klenang, and gong pulu. Regarding the function of the instruments, Balinese flutes play the melody (bantang gending, bon gending, payasan gending), kendang plays the payasan gending, cengceng ricik plays the pengramen, and gong pulu plays the pesu mulih. The musical concept of Gamelan Gong Suling concerns: garap material, prabot garap or piranti garap, and penentu garap. Regarding the works, Gamelan Gong Suling has a fundamental melody called Bantang Gending; for what concerns to Piranti Garap, Gamelan Gong Suling has five tetekep: tetekep deng, dang, dong, dung, and ding; as for what regards as Penentu Garap, there are four garap styles in Gamelan Gong Suling: garap tabuh petegak, garap prosesi, garap kreasi, and garap dolanan.

Keywords: form; patet; garap; gamelan


Keywords


bentuk; patet; garap; gamelan

Full Text:

PDF

References


Ardana, I. K. (2011). Gending Gesuri Karya I Wayan Beratha : Sebuah Lelambatan Kreasi Tradisional. Mudra: Jurnal Seni Budaya, 26(2), 114–125. http://repo.isi-dps.ac.id/1680/1/942-3433-1-PB.pdf

Ardana, I. K. (2012). Sekala Niskala : Realitas Kehidupan Dalam Dimensi Rwa Bhineda. Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 8(1), 139–156. https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/dewaruci

Ardana, I. K. (2013). Pengaruh Gamelan Terhadap Baleganjur Semarandana. Resital:Jurnal Seni Pertunjukan, 14(2), 141–152. http://digilib.isi.ac.id/3068/1/Pengaruh Gamelan Terhadap Baleganjur Semaradana- IKetut Ardana.pdf

Arsana, I. N. C., Lono L. Simatupang, G. R., Soedarsono, R. M., & Dibia, I. W. (2015). Kosmologis Tetabuhan dalam Upacara Ngaben. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 15(2), 107–125. https://doi.org/10.24821/resital.v15i2.846

Dayatami, T. (2019). Selonding Jurnal Etnomusikologi Vol. 15, No. 2: September 2019. Selonding: Jurnal Etnomusikologi, 15(2), 111–123. http://journal.isi.ac.id/index.php/selonding/article/viewFile/3930/1755

Dibia, I. W. (1999). Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Eaglestone, B., Ford, N., Nuhn, R., & Moore, A. (2001). Composition systems requirements for creativity: what research methodology. Workshop on Current, March 2016. http://scholar.google.co.uk/scholar?start=50&q=author:Nigel+author:Ford&hl=en&as_sdt=2000#7

Hastanto, S. (2009). Konsep Phatet dalam Tradisi Jawa. Surakarta: Program Pascasarjana bekerjasama dengan ISI Press Surakarta.

Irawati, E. (2019). Transmission of kêlèntangan musik among the Dayak Bênuaq of East Kalimantan in Indonesia. Malaysian Journal of Musik, 8, 108–121. https://doi.org/10.37134/mjm.vol8.7.2019

Orning, T. (2017). Musik as performance – gestures, sound and energy. Journal for Research in Arts and Sports Education, 1(0), 79–94. https://doi.org/10.23865/jased.v1.946

Pryatna, I. P. D., Sugiartha, I. G. A., & Arsiniwati, N. M. (2019). Metode mengajar Kendang Tunggal I Ketut Widianta. Kajian Seni, 06(01), 25–37. https://doi.org/10.22146/jksks.51868

Saepudin, A. (2015). Laras , Surupan ,. Resital : Jurnal Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, 16(1), 52–64. http://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/download/1274/216

Small, C. (2011). Musikking: The Meanings of Performing and Listening. UK: Wesleyan University Press.

Sugiartha, I. G. A. (2015). Bentuk dan Konsep Estetik Musik Tradisional Bali. Panggung, 23(1), 46–60. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/panggung/article/view/14/18

Sukerta, P. M. (2009). Sukerta, Pande Made, (2009). Gong Kebyar Buleleng: Perubahan dan Keberlanjutan Tradisi Gong Kebyar. Surakarta: Program Pascasarjana bekerjasama dengan ISI Press Surakarta.

Sukerta, P. M. (2012). Estetika Karawitan Bali. Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 7(3), 504–523. http://repository.isi-ska.ac.id/id/eprint/1249

Supanggah, R. (2009). Bothekan Karawitan II: Garap. Surakarta: Program Pascasarjana bekerjasama dengan ISI Press Surakarta.

Vasquez, J. C., Tahiroglu, K., & Kildal, J. (2017). Idiomatic Composition Practices for New Musikal Instrumens: Context, Background and Current Applications. NIME – The International Conference on New Interfaces for Musikal Expression, ii, 174–179. http://www.nime.org/proceedings/2017/nime2017_paper0033.pdf

Warsana. (2012). Tumpang Tindih: Sebuah Komposisi Musik dalam Interpretasi Personal. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 13(1), 74–94. http://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/515/109

Widhyatama, S. (2012). Pola Imbal Gamelan Bali Dalam Kelompok Musik Perkusi Cooperland Di Kota Semarang. Jurnal Seni Musik, 1(1), 59–67. http://journal.unnes.ac.id/sju/indek.php/sjm

Wikandaru, R., & Sayuti, S. A. (2019). Ontologi Pathet: Kajian Kritis Terhadap Pathet sebagai Representasi Norma Ontologis Transendental dalam Pergelaran Wayang. Ontologi Pathet: Kajian Kritis Terhadap Pathet Sebagai Representasi Norma Ontologis Transendental Dalam Pergelaran Wayang, 29(2), 244–274. https://doi.org/10.22146/jf.48784




DOI: https://doi.org/10.24821/resital.v21i1.4213

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.





This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.