Rekonstruksi Identitas Ke-“Tionghoa”-an dalam Film Indie Pasca-Suharto
Abstract
Abstrak
Ke-“tionghoa”-an senantiasa menjadi hal yang dipermasalahkan di Indonesia. Hal ini mengacu pada identitas ke-“tionghoa”-an yang selalu diformulasikan oleh masyarakat Indonesia, baik oleh masyarakat Tionghoa itu sendiri maupun masyarakat non-Tionghoa. Upaya formulasi tersebut dimunculkan melalui berbagai wacana yang muncul baik perdebatan publik maupun berbagai karya mengenai kehidupan masyarakat Tionghoa di Indonesia seperti dalam film. Metode yang dipakai mempergunakan pendekatan konstruktivisme sosial. Dalam hal ini, makna-makna subjektif dikaji atas pengalaman-pengalaman kehidupan masyarakat Tionghoa di Indonesia melalui representasi film indie. Representasi tersebut dikaji tidak hanya melalui makna karya semata, tetapi juga mempertimbangkan unsur sejarah sebagai salah satu penentu alat produksi dan reproduksi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar diperoleh gambaran latar belakang yang kompleks mengenai kondisi historikal dan kultural kehidupan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Gambaran yang kompleks tersebut akan membantu dalam menafsirkan makna-makna yang terkandung dalam karya film indie sebagai suatu hasil produksi dan reproduksi dari gambaran kehidupan masyarakat Tionghoa sebenarnya. Identitas masyarakat Tionghoa di Indonesia terbentuk baik dari pandangan eksternal maupun internal, sudut pandang formal maupun informal. Sudut pandang eksternal dilihat dari sisi luar masyarakat Tionghoa, sedangkan sudut pandang internal merupakan sudut pandang masyarakat Tionghoa membentuk jati dirinya sendiri. Identitas yang dibentuk secara formal terkait dengan peraturan perundangan yang diberlakukan di Indonesia sedangkan secara informal merupakan identitas yang dikembangkan melalui kolaborasi budaya bersifat mana suka (arbitrerness) yang pada akhirnya membentuk identitas baru yang tumbuh dari konteks ruang-antara masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Abstract
The Reconstruction of Tionghoaness Identity in Indonesian Indie Movies in the Era of Post-Suharto. ‘Being a Chinese’ has always been an issue in Indonesia. It refers to the identities of ‘being a Chinese’ that were formulated by Indonesian people, both by the half-Chinese Indonesians and non half-Chinese Indonesians. The efforts in formulating those identities were mediated by various discourses found in public debates and works of arts represented the Chinese society life in Indonesia, such as in films. In this research, the social constructivism approach was applied. The experiences in life traversed by the Chinese society in Indonesia depicted in indie movies were studied to get the subjective meanings. The representations were not scrutinized merely from the meaning, but also by considering the historical aspects as, among others, the determinant factor of the means of production and reproduction. It was carried out to get the full picture of complicated background about the historical and cultural conditions of the Chinese people in Indonesia. The complicated depiction will be very beneficial in interpreting the meanings of the indie movies as a result of production and reproduction of the real life experienced by the Chinese society. The identity of Chinese people in Indonesia was shaped by the internal and external perspectives, by the formal and non formal point of views. The external point of view was the one given by the non Chinese people, whereas the internal was how the Chinese view themselves. The formally built identity was related to the laws applied in Indonesia. Arbitrary cultural collaborations informally developed the new Chinese identity that grew from the spatial contexts between the Chinese people in Indonesia.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Allen, P. 2003. "Contemporary Literature From The Chinese 'Diaspora' in Indonesia". Asian Ethnicity, pp. 383 - 401.
Andrew, D. 1984. Film in The Aura of Art. New Jersey: Princeton University Press.
Ang, I. 2001. On Not Speaking Chinese: Living Between Asia and The West. London and New York: Routledge.
Barker, C. S.-D. 2011. "Membayangkan Indonesia: Produser Etnis Tionghoa dan Sinema Pra-Kemerdekaan". Dalam K. G. Barker, Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita? Beberapa Wacana Seputar Film Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika.
Bhabha, Homi K. 1994. The Location of Culture. London and New York: Routledge.
Bordwell, D. & Kristin Thompson. 2001. Film Art: An Introduction. New York: Mc Grow Hill.
Burke, P. J. & J. E. Stets. 2009. Identity Theory. New York: Oxford University Press.
Chatman, S. 1980. Story and Discourse: Narrative Structure in Fiction and Film. Ithaca and London: Cornell University Press.
Creswell, J. 2012. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danesi, M. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Eagleton, T. 1978. Criticism and Ideology: A Study in Marxis Literary Theory. London: Verso.
Eagleton, T. 2006. Marxism and Literary Criticism. London: Routledge.
Foucault, M. 2004. Archaeology of Knowledge. London: Routledge.
Hardiman, F. B. 2015. Seni Memahami: Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida. Yogyakarta: Kanisius.
Hatta, M. 1988. Warga Negara Indonesia Turunan Tionghoa. In: R. Saidi, ed. Baba Bisa Menjadi Indonesier: Bung Hatta, Liem Koen Hian, dan Sindhunatha Menyorot Masalah Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Pengkajian Masalah Pembauran.
Heryanto, A. 1997. Silence in Indonesian Literary Discourse. SOJOURN, pp. 26 - 45.
Hoon, C.-Y. 2012. Identitas Tionghoa Pasca Suharto: Budaya, Politik dan Media. Jakarta: LP3ES dan Yayasan Nabil.
Iser, W. 1987. The Act of Reading: Theory of Aesthetic Response. London: The Johns Hopkins Press Ltd.
Joesoef, D. 1996. "Sistem Sosial Budaya dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis Tionghoa". Dalam: Etika Bisnis Tionghoa: Suatu Kajian terhadap Perekonomian di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Junaedi, F., 2009. [Online]
Available at: http://www.umy.ac.id/fakultas-ilmu-sosial-ilmu-politik/wp-content/uploads/2010/04/Membaca-Indonesia-dari-Film-dan-Sinema-Indonesia.pdf, Junaedi, F., 2009. [Online]
Available at: http://www.umy.ac.id/fakultas-ilmu-sosial-ilmu-politik/wp-content/uploads/2010/04/Membaca-Indonesia-dari-Film-dan-Sinema-Indonesia.pdf, [Diakses 3 Oktober 2013].
Kustedja, S. 2012. "Jejak Komunitas Tionghoa dan Perkembangan Kota Bandung". Jurnal Sosioteknologi, 11 Agustus. pp. 105-128.
Lohanda, M. 2002. Growing Pain: The Chinese and The Dutch in Colonial Java, 1890 - 1942 . Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Mahfud, C. 2013. Manifesto Politik Tionghoa di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prakoso, G. 2006. Kamera Subyektif Rekaman Perjalanan dari Sinema Ngamen ke Art Cinema. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta dan Yayasan Seni Visual Indonesia.
Setijadi, C. 2013. "Chinese, Belonging and Cosmopolitan Subjectivities in Post Suharto Independent Films". Dalam: Chinese Indonesians Reassessed History Religion and Belonging. London and New York: Routledge. pp. 65-82.
Suryadinata, L. 1984. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: Grafiti Pers.
DOI: https://doi.org/10.24821/rekam.v12i1.1380
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.