Ragam Kendangan Jogedan dalam Wayang Wong Golek Menak Gaya Yogyakarta Lakon Bedhahing Ambarkustub: Garap dalam Iringan Tari
Abstract
Penelitian ini ini bertujuan untuk mengungkap beberapa hal dan permasalahan mengenai ragam kendangan jogedan wayang wong menak gaya Yogyakarta mengingat bahwa kemunculannya memiliki latar belakang yang berhubungan dengan adanya 16 tipe karakter dalam wayang golek menak gaya Yogyakarta. Penelusuran dilakukan melalui pengamatan yang detail terhadap intonasi, artikulasi, aksentuasi dan sekaran pada masing-masing jenis kendangan wayang golek menak dalam hubungannya identifikasi karakter tokoh beserta koreografinya. Bedhahing Ambarkustub merupakan salah satu pethilan cerita wayang golek menak yang digunakan sebagai sample penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sifat kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk memaparkan adanya ragam kendangan jogedan beksa golek menak gaya Yogyakarta melalui penelusuran yang berdasarkan data-data yang otentik sekaligus menguji seberapa jauh garap kendangan jogedan dalam mendukung presentasi pertunjukan seni tari khususnya tari klasik gaya Yogyakarta. Kegiatan observasi akan mengungkap gambaran sistematis terhadap objek yang dipilih yakni wayang wong menak lakon Bedhahing Ambarkustub. Hasil penelusuran ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu karawitan khususnya gending beksan atau karawitan tari. Penulis berharap bahwa melalui penelitian secara mendalam tentang pakem kendangan jogedan menak gaya Yogyakarta ini, maka kelestarian dan perkembangan iringan wayang golek menak dapat berlangsung lebih dinamis
This study aims to reveal a number of issues and problems regarding the variety of Yogyakarta-style wayang wong constraints given that its emergence has a background that relates to the existence of 16 types of characters in the puppet show that resemble the Yogyakarta style. The search was carried out through detailed observations of the intonation, articulation, accentuation and current in each type of fearful wayang golek in relation to identifying the character of the character and the choreography. Bedhahing Ambarkustub is one of the great examples of puppet stories used as a sample of this study. The method used in this research is qualitative method. The qualitative nature of this study is to explain the variety of jogedan beksa golek constraints that are Yogyakarta style through search based on authentic data while testing how far the jogedan ride is worked in supporting the presentation of dance performances, especially Yogyakarta style classical dance. Observation activities will reveal a systematic picture of the object chosen, namely the wayang wong, the play of Bedhahing Ambarkustub. These search results are expected to expand the study of karawitan science, especially music beksan or karawitan dance. The author hopes that through in-depth research on the design of the jogedan vehicle to be of the Yogyakarta style, the preservation and development of the great puppet show can take place more dynamically
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Djelantik, A.A.M. (2001), Estetika Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Bandung.
Hastanto, Sri. (1997), “Pendidikan Karawitan Situasi Problema dan Angan-angan”, dalam Wiled: Jurnal Kesenian STSI Surakarta, Surakarta.
Lindsay, Jennifer. (1979), Javanese Gamelan, Oxford University Press, Malaysia.
Pudjasworo, Bambang. (2018), “Tari Golek Menak dalam Dialektika Perkembangan Tari Gaya Yogyakarta”, Makalah pada Sarasehan Budaya di Dinas Kebudayaan Provinsi DI Yogyakarta.
Martopangrawit. (1975), Pengetahuan Karawitan 2, ASKI Surakarta, Surakarta. Petunjuk Praktek bagi Guru), Terj. Ben Suharto, Ikalasti, Yogyakarta.
Sri Murywati Darmokusumo. (1989), Tari Golek Menak, Anjungan D.I.Yogyakarta didukung oleh Yayasan Guntur Madu.
Smith, Jacqueline. (1976). Dance Composition: A practical Guide For Teacher, (Komposisi Tari: Sebuah
R.M. Soedarsono & Tati Narawati. (2011), Dramatari di Indonesia, Kontinuitas dan Perubahan, Yogyakarta.
Soeroso. (1989), “Pengetahuan Karawitan”, Proyek Peningkatan dan Pengembangan ISI Yogyakarta, DEPDIKBUD.
Suharti, Theresia. (2015), Bedhaya Semang Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Reaktualisasi sebuah Tari Pusaka, PT Kanisius, Yogyakarta.
Supanggah, Rahayu. (2002), Bothekan Karawitan I, Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Jakarta.
_____. (2009), Bothekan Karawitan II, Program Pascasarjana bekerja sama dengan ISI Press Surakarta, Surakarta.
Tim Penyusun. (1988), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
DOI: https://doi.org/10.24821/promusika.v6i1.2300
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 anon suneko
P-ISSN: 2338-039X (print) | E-ISSN: 2477-538X (online)