FENOMENA PERKEMBANGAN TARI NIRBAYA KARYA SETYASTUTI

Kurnia Rahmadhani, Rina Martiara, Budi Astuti

Abstract


ABSTRAK

Tari Nirbaya karya Setyastuti, merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari ‘edan-edanan’. ‘Edan-edanan’ merupakan rangkaian upacara yang harus ada saat ritual upacara temanten agung di Kraton Yogyakarta. Proses terciptanya tari Nirbaya diawali saat Setyastuti melihat secara langsung rangkaian upacara perkawinan yaitu ‘edan-edanan’ dalam prosesi pernikahan GBPH Cokroningrat, yaitu putra Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Keberadaan ‘edan-edanan’ dalam upacara temanten agung Kraton Yogyakarta merupakan sebuah ritual adat yang berfungsi sebagai penolak bala. Figur yang unik yang bertugas sebagai cucuk lampah dan diperankan oleh abdi dalem khusus yang dipercayai dapat mengusir hal-hal gaib yang dapat menganggu acara. Nirbaya dalam bahasa Jawa yang artinya ora ana alangan; ora ana bebaya (tidak ada halangan; tidak ada bahaya), sehingga kata Nirbaya dapat diterjemahkan sebagai sesuatu untuk menolak bahaya atau menghalau dari yang sifatnya negatif. Ditarikan oleh sepasang penari laki-laki dan perempuan, dengan tidak melupakan esensi gerak tari gaya Yogyakarta yang dirancang dengan nuansa komikal yang diwarnai gerak-gerak improvisasi.Terinspirasi dari tradisi itulah, tari Nirbaya diciptakan untuk mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka Festival Tari Nusantara pada tanggal 31 Desember 1989. Dalam perspektif fenomenologi penelitian ini menampakkan sebuah fenomena kondisi faktual di masyarakat, setelah tari Nirbaya dipentaskan di Jakarta menampakkan tari Nirbaya tetap difungsikan untuk keperluan upacara pernikahan dan berkembang sampai sekarang. Dalam berbagai peristiwa tersebut menampakkan unsur gerak improvisasi, menyebabkan terjadinya perubahan sesuai dengan kreativitas penarinya. Perubahan yang mencolok adalah pada gerak improvisasi, pelaku, pola lantai, penari, rias dan busana sehingga bentuk penyajiannya mengalami perubahan.

ABSTRACT

Nirbaya dance by Setyastuti, is a new dance work inspired by 'edan-edanan'. 'edan-edanan' is a series of ceremonies that must be present during the ritual of the temanten agung ceremony, especially at the Yogyakarta Palace. The creation process of the Nirbaya dance began when Setyastuti saw firsthand the series of wedding ceremonies, namely 'edan-edanan' in the wedding procession of GBPH Cokroningrat, the son of Sri Sultan Hamengkubuwana IX. The existence of 'edan-edanan’ in the ceremony of temanten agung Kraton Yogyakarta is a traditional ritual that functions as a repellent to disaster. The unique figure who serves as a cucuk lampah and is played by the abdi dalem, specifically becomes the figure of a lunatic who is often called 'edan-edanan' '. This figure portrays a figure as ‘edan-edanan’ just acting, but not crazy. It is the form of a madman that is believed to be able to ward off magical things that can interfere with the event. According to Setyastuti, 'edan-edanan' is a unique figure, when a dance is made it looks interesting without forgetting the nuances of classical dance in Yogyakarta style and the nuances of the rituals of the great temanten ritual in the Yogyakarta Palace. Inspired by this tradition, Setyastuti finally created the Nirbaya dance in the framework of the Festival Tari Nusantara in Jakarta representing the Special Region of Yogyakarta on December 31, 1989. Nirbaya is in Javanese which means ora ana alangan; ora ana bebaya (no obstruction; no danger), so that the word Nirbaya can be translated as something to reject danger or drive away from negative things. Danced by a pair of male and female dancers, not forgetting the essence of Yogyakarta-style dance movements designed with comical nuances tinged with improvised movements. In a phenomenological perspective, this research shows a phenomenon of factual conditions in society, after the Nirbaya dance was staged in Jakarta, it shows that the Nirbaya dance is still used for the purposes of wedding ceremonies and is developing until now. In various events, the elements of improvisational motion are seen, causing changes to occur according to the creativity of the dancers. The striking changes are in the improvisation movement, actors, floor patterns, dancers, make-up and clothing so that the form of presentation changes.


Keywords


Adaptasi, Pandemi covid 19, Tari video | Nirbaya Dance, presentation, phenomenon

Full Text:

PDF

References


A. Sumber Tercetak

Brown, A.R. Radcliffe. 1980. Struktur dan Fungsi dalam Masyarakat Primitf. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia.

Dibia, I Wayan. 2006. Tari Komunal. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Hadi, Y. Sumandyo. 2013. Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton. Yogyakarta: Cipta Media.

Hadi, Y. Sumandyo. 2017. Koreografi- Bentuk-Teknik, Isi. Yogyakarta: Cipta Media.

Hadi, Y. Sumandyo. 2017. Koreografi, Ruang Proscenium. Yogyakarta: Cipta Media.

Hadi, Y. Sumandyo. 2019. Ruang Kreatif dalam Pengkajian, Penciptaan, dan Pendidikan Seni. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Hersapandi. 2014. Ilmu Sosial Budaya Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

Hersapandi. 2015. Ekspresi Seni Tradisi Rakyat dalam Perspektif Transformasi Sosial Budaya. Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

Hersapandi. 2017. Metode Penelitian Tari. Yogyakarta: Badan Penerbit: ISI Yogyakarta.

Holt, Claire. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Arti Line: Bandung. (terjemahan RM. Soedarsono)

Kutoyo, Sutrisno. 1976. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mochtar, Kusniati. 1988. Adat Perkawinan Kraton Yogyakarta Dalam Bahasa Kebesaran. Jakarta: Anjungan DIY TMII.

Murgiyanto, Sal. 2015. Pertunjukan Budaya dan Akal Sehat. Jakarta: Fakultas Seni Pertunjukan – IKJ (Institut Kesenian Jakarta)

Nini Thowok, Didik. 2005. Penari Cross Gender. Malang: Sava Media.

Nuraini, Indah. 2011. Tata Rias dan Busana Wayang Orang Gaya Surakarta. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.

Ritzer, George. 2014. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan Alimandan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Pertunjukan Praktis Bagi Guru (terjemahan Ben Suharto, S.ST). Yogyakarta: Ikalasti

Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni.

Jakarta: Balai Pustaka.

Soedarsono, R.M. 1999. Seni Pertunjukan dan Pariwisata (Rangkuman Esai Tentang Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata). Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Sugiono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumaryono. 2007. Jejak dan Problematika Seni Pertunjukan Kita. Yogyakarta: Prasista.

Sumaryono. 2016. Antropologi Tari dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta: Media Kreativa Yogyakarta.

Supadma. 2018. Wayang Wong Pedhalangan: Fenomena Perkembangan Wayang Wong di Luar Istana. Yogyakarta. Taman Budaya Yogyakarta.

Supardjan & I Gusti Ngurah Supartha. 1980. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta: CV. Sandang Mas.

Suwondo, Bambang. 1978. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.

Suyami. 2008. Upacara Ritual di Kraton Yogyakarta. Yogyakarta: Kepel Press.

Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta. 2000. Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa). Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Trustho. 2005. Kendhang Dalam Tradisi Tari Jawa. Surakarta: STSI Press.

Widaryanto, F.X. 2015. Ekokritikisme Sardono W. Kusumo Gagagasan, Proses Kreatif, Teks-Teks Penciptannya. Jakarta: PascaIKJ.

Wibowo, Fred. 1981. Mengenl Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Yogyakarta: Dewan Kesenian Prop-DIY.

B. Narasumber

Afiza Hindra Putra, selaku penari laki-laki tari Nirbaya, 25 tahun.

Gandung Djatmiko, sebagai penata iringan tari Nirbaya, 59 tahun, Dosen jurusan Pendidikan Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta.

Guntur Sambodo, selaku penari cross gender, 28 tahun.

Sarjiwo, penari laki-laki tari Nirbaya, 59 tahun, Dosen jurusan Pendidikan Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta.

Setyastuti, sebagai penata tari Nirbaya, 56 tahun, Dosen jurusan tari ISI Yogyakarta, Jalan Temugiring 12 RT 12, Sorowajan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakart

C. Videografi

Video pertunjukan tari Nirbaya dalam acara “Indonesian Cultural Performance” di Sri Lanka

D. Webtografi

https://myimage.id/tari-nirbaya/ https://jogjacreative.wordpress.com/tag/edan-

edanan/




DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v17i2.6349

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats