LABUH LABET: PENGABDIAN PRAJURIT KERATON YOGYAKARTA DALAM KARYA TARI
Abstract
ABSTRAK
Labuh labet memiliki makna pengabdian. Di dalam karya tari ini, pengabdian yang dimaksud adalah pengabdian seorang prajurit kraton Yogyakarta atau yang dikenal dengan Bregada. Bregada prajurit kraton biasanya disajikan pada upacara-upacara adat di kraton. Banyak para prajurit kraton yang sudah berusia lanjut namun masih tetap memiliki semangat untuk ikut berpartisipasi dalam acara kraton. Dasiyo (77 tahun) sebagai salah satu contohnya, beliau adalah seorang prajurit kraton yang mengalami awal dibentuknya kembali prajurit kraton Yogyakarta. Beliau pernah masuk di tiga bregada prajurit kraton yang berbeda yaitu prajurit Dhaeng, Patangpuluh, dan Wirabraja dengan pangkat yang berbeda-beda. Bregada prajurit kraton Yogyakarta sebagai inspirasi penciptaan karya tari, berawal dari ketertarikan saat melihat barisan prajurit kraton Yogyakarta. Dalam setiap kesatuan masing masing bregada memiliki ciri khusus yang berbeda, baik dalam segi kostum, gerakan dan musik. Ada sebuah motif gerak berjalan yang dilakukan oleh setiap bregada prajurit yaitu lampah macak dan lampah mars. Prajurit identik dengan pengabdian, kedisiplinan, dan kesetiaan. Sifat dan karakter dari prajurit ini dijadikan spirit dalam pengolahan dan pengekspresian setiap motif gerak yang ditemukan. Karya tari ini merupakan koreografi garap kelompok dengan delapan orang penari laki-laki. Enam penari sebagai visualisasi figur tokoh prajurit kraton, satu orang penari sebagai visualisasi masa lalu dari tokoh prajurit tersebut, satu penari lagi sebagai visualisasi figur pak Dasiyo. Lampah macak dan lampah mars menjadi motif awal untuk menciptakan gerak, dengan beberapa variasi dan pengembangannya. Melalui karya ini diharapkan generasi-generasi muda dapat melestarikan sejarah dan tradisi kebudayaan yang ada di wilayah masing–masing.
ABSTRACT
Terms or word as titles, has the same meaning as dedication. In this dance work, the purpose of dedication is soldiers of the Yogyakarta palace dedication. The soldiers of Yogyakarta palace usually served in the palace ceremony. A lot of older people soldiers of the palace however still have a spirit for participation in the palace event. Dasiyo (77 years old) as one of example, he is soldier of Yogyakarta palace to have experience ever since early reshaping soldiers of Yogyakarta palace. He ever in the three of different soldier of palace which name is Dhaeng, Patangpuluh and Wirabraja with different grade. The soldiers of Yogyakarta palace as inspiration for create this dance work, starting from the interest when looking the line up soldiers of Yogyakarta palace. In the every unity have different special feature, as a costume, movement and the music. Every soldiers have the one of walking movement motive that is lampah macak and lampah mars. The soldiers identic as dedication, discipline and loyalty. Human nature and character of this soldiers to be a spirit in processing and expression every found movement motive. This dance work is a group choreography with eight male dancer. Six dancer as a visualisation figure soldier of palace, one dancer as a visualisation past from soldier of palace, one dancer as a visualisation of Dasiyo. Lampah macak and lampah mars become early motive to create the movement, with the some of variation and development. Through this dance work expected young generation can preserve history and culture of tradition in the each other region.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
A. Sumber Tertulis
Admadipurwa, Purwadmadi. 2007. Joget mBagong di sebalik tarian Bagong Kussudiardja. Yayasan Bagong Kussudiardja. Yogyakarta.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek-Aspek Dasar Karya Tari Kelompok. Manthili, Yogyakarta.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Pustaka Book Publisher, Yogyakarta.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2016. Koreografi: Bentuk Teknik Isi. Cipta Media, Yogyakarta.
Humphrey, Doris. 1983. The Art of Making Dance. Diterjemahkan oleh Murgiyanto, Sal. 1983. Seni Menata Tari. Aquarista Offset. Jakarta
Mangunsuwito, S.A. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Jawa. Bandung: C.V. Yrama Widya.
Martono, Hendro. 2008. Sekelumit Ruang Pentas Modern dan Tradisi. Cipta Media, Yogyakarta.
Martono, Hendro. 2010. Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan. Cipta Media, Yogyakarta.
Martono, Hendro. 2012. Ruang Pertunjukan dan Ruang Berkesenian, Cipta Media, Yogyakarta.
Meri, La. 1975. Dances Composition, The Basic Elements, diterjemahkan Soedarsono, 1986, Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Lalaligo, Yogyakarta.
Musman, Asti. 2015. Lurik (Pesona, Ragam, dan Filosofi). Yogyakarta: Andi Offset.
Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Media Abadi. Yogyakarta.
Smith, Jacqueline. 1976. Dance Composition, A Practical Guide For Teachers, diterjemahkan Ben Suharto, 1985 Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. IKALASTI, Yogyakarta.
Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Soelarto, B. 1993. Garebeg di Kesultanan Yogyakarta. Kanisius, Yogyakarta.
Suwito, Yuwono Sri. 2009. Prajurit Kraton Yogyakarta Filosofi dan Nilai Budaya yang Terkandung Di Dalamnya. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yogyakarta.
B. Sumber Webtografi:
https://blogsederhanaala47.wordpress.com/2012/08/30/bahasa-jawa-ngoko-inggil/. Diunggah ke internet pada tanggal 30 Agustus 2012 oleh Kurniawan Budi, diunduh pada tanggal 23 Februari 2017.
https://lembahsungaibedog.blogspot.co.id/2014/01/kesatuan-prajurit-keratonkasultanan.html. Diunggah ke internet pada tanggal 18 Januari 2014 oleh Lembah Bedog Agro, diunduh pada tanggal 1 Maret 2017. http://www.cendananews.com/2015/05/mengenal-lebih-dekat-prajurit-prajurit.html. Diunggah ke internet pada tanggal 26 Mei 2015 oleh Mohammad Natsir, diunduh pada tanggal 7 Maret 2017.
C. Videografi
Video dokumentasi pelaksaan ujian kelas Koreografi Mandiri pada tanggal 21 Desember 2016 yang diselenggarakan di proscenium stage Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, koleksi Putra Jalu Pamungkas.
D. Sumber Lisan
Dasiyo (77 Tahun), (KRT Dwijosudasiyo), Panji Bregada Wirabraja.
Prof Dr. Y. Sumandyo Hadi, S.S.T .,SU, (68 tahun), guru besar ISI Yogyakarta
Enggar Pikantoyo (Kusumanegara) (46 tahun), staf Tepas Kaprajuritan.
Endang (48 tahun), guide di kraton Yogyakarta.
Arsa (24 tahun), prajurit Ungel-Ungelan Bregada Jogokaryo.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v17i1.5600
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats