BENTUK DAN STRUKTUR PENYAJIAN TARI TINGANG NELISE PADA SUKU DAYAK BAHAU BUSANG SUB SUKU LONG GELAAT DI ULU MAHAKAM

Katarina Devung

Abstract


Tari Tingang Nelise merupakan tari tradisional yang berkembang di desa Long Tuyoq khususnya Sub Suku Long Gelaat. Tarian ini merupakan tarian rakyat yang dibawakan secara khusus pada saat acara Nemlaai, acara adat anak, pernikahan, dan Dangai. Tari Tingang Nelise terinspirasi dari keseharian burung Enggang yang sedang merapikan bulunya, memperindah serta mempercantik dirinya. Tari Tingang Nelise adalah salah satu tarian yang memiliki banyak variasi dari tarian-tarian Karang Sapeq. Tingang Nelise awalnya dikenal dengan nama Tari Tingang Mate, namun karena itu memberikan makna yang kurang tepat terlebih lagi karena gerakannya lebih tepat disebut dengan Nelise (berhias). Penelitian ini akan mengupas bentuk dan struktur penyajian tari Tingang Nelise dilihat dari tari tradisional yang menggabungkan motif-motif dari setiap gerakan-gerakannya. Dengan pendekatan koreografi dan struktur. Pendekatan koreografi melihat tema, pelaku, gerak, rias busana, properti, musik iringan dilihat dari bentuk tariannya dibawakan sebagai tari hiburan atau rakyat yang tumbuh di kalangan masyarakat. Pendekatan struktur mengupas tari Tingang Nelise dilihat dari analisis struktural dimulai dari unsur gerak, frase gerak, kalimat gerak dan gugus gerak. Tari Tingang Nelise memiliki ciri khas yang terlihat dari motif-motif geraknya. Gerak yang paling dominan adalah kaki dan tangan. Secara struktur tari Tingang Nelise terbagi ke dalam 4 gugus, dan memiliki 7 motif gerak yang khas yaitu motif gerak Ngaset yang melompat ke kanan dan kiri dengan posisi jongkok, Nyebeb, Nyegung, Nyebib, Lemako, Nyelut, dan Nelise.

 

ABSTRACT

Tingang Nelise dance is a traditional dance of Dayak community, Long Gelaat tribe in Long Tuyoq village. This dance is a folk dance that is performed specifically at Nemlaai events, children's traditional events, weddings, and Dangai. Tingang Nelise dance is inspired by the daily activities of hornbills that are grooming their feathers and beautifying themselves. Tingang Nelise dance is one of the dances that have many variations of the Karang Sapeq dances, which is the embodiment of Tingang Nelise or the result of a change in name which was originally known as the Tingang Mate Dance, but because it gives less meaning and also because the movement is more accurately called Nelise (decorated). This research will explore the form and structure of the presentation of the Tingang Nelise dance with a choreography and structure approach. The choreography approach looks at themes, dancers, movements, dress and make-up, properties, and music accompaniment. While the structural approach of the Tingang Nelise dance is seen from the structural analysis of dance in the language analysis which analyzes from the smallest movement. Starting from the elements of movement, motives movement, phrases movement, sentences, and group movement. The results of the analysis conclude that the Tingang Nelise Dance has a characteristic that can be seen from the motives of the movement which are dominated by foot and hand movements. Structurally, the Tingang Nelise dance is divided into 4 groups and has 7 characteristic motive movement, namely the Ngaset that jumps to the right and left in a squatting position. The other motives are Nyebeb, Nyegung, Nyebib, Lemako, Nyelut, and Nelise.


Keywords


Tingang Nelise, Dayak Bahau Busang, Long Gelaat | Tingang Nelise, Dayak Bahau Busang, Long Gelaat

Full Text:

PDF

References


A. Sumber Tertulis

Hadi, Y Sumandiyo. 2014. Koreografi: BentukTeknik–Isi. Yogyakarta: Cipta Media.

Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI.

Martiara, Rina dan Budi Astuti. 2018. Analisis Struktural Sebuah Metode Penelitian Tari. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

B. Sumber Lisan

Pemberdayaan Komunitas Adat, Lembaga Adat, dan Hak Ulayat. Oleh: B. Blawing Belareq, 2018, diizinkan untuk dikutip.

Nama: Arbiyansyach Jueng, selaku pemain musik di Sanggar

Seni Apo Lagaan

Umur: 38 Tahun

Tempat: di kediaman B.Blawing Belareq, Jl. Siti Aisyah gang. 4c

Samarinda

Tanggal: 9 Mei 2018, Pukul 14:05 WITA.

Nama: Adrianus Liah Belawing

Umur: 36 Tahun

Tempat: ada dua tempat wawancara, wawancara pertama di

kediaman B. Blawing Belareq, Jl. Siti Aisyah gang. 4c

Samarinda

Tanggal: Wawancara pertama: 30 Maret 2019, pukul

:22 WITA.

Wawancara kedua: 6 Januari 2020, pukul 17:07 WITA.

C. Sumber Webtografi

https://damaibumi.com/2017/05/03/sapekaraang-bagian-i/

lib.unnes.ac.id, 2015




DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v16i2.4682

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats