FUNGSI TARI MANGANJAN DALAM UPACARA TIWAH SUKU DAYAK NGAJU DI KABUPATEN GUNUNG MAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Trisna Loli Anjani

Abstract


Tulisan ini mengupas “Fungsi Tari Manganjan Dalam Upacara Tiwah Dayak Ngaju Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah”. Manganjan adalah tarian yang dilakukan oleh Anak Tiwah untuk berkomunikasi dengan roh leluhur dalam upacara Tiwah. Tiwah dalam suku Dayak Ngaju adalah ritual tertinggi dalam rukun kematian agama Hindu Kaharingan, dengan tujuan untuk mengantarkan arwah ke negeri para arwah. Tari dan semua aspek pendukung yang telah terstruktur dalam upacara Tiwah memiliki peran yang sangat penting. Untuk memecahkan permasalahan penelitian ini digunakan teori struktural fungsionalisme dalam perspektif antropologi dari landasan pemikiran A.R. Radcliffe Brown. Teori ini mengupas tentang struktur dan fungsi dalam masyarakat primitif. Brown menyatakan sebuah kerangka kerja yang menggambarkan konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan struktur sosial dari peradaban masyarakat tertentu, di mana berbagai upacara agama dikaitkan dengan mitologi atau dongeng-dongeng suci yang bersangkutan, dan pengaruh dan efeknya terhadap struktur hubungan antara warga dalam suatu komunitas. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Tari Manganjan dalam upacara Tiwah memiliki unsur-unsur seperti, pelaku, gerak, iringan musik, syair, tempat pertunjukan, busana, properti, pola lantai, perlengkapan upacara, dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan, berelasi antara satu dengan yang lainnya sehingga menjadi sistem yang kompleks dan terstruktur. Unsur-unsur tersebut yang saling berhubungan satu sama lain dalam upacara Tiwah, berfungsi, beroperasi dan bergerak dalam satu kesatuan.

 

ABSTRACT

This paper explores "The Function of Manganjan Dance in the Tiwah Dayak Ngaju Ceremony of Gunung Mas Regency, Central Kalimantan Province". Manganjan is a dance performed by Anak Tiwah to communicate with ancestral spirits in a Tiwah ceremony. Tiwah in the Dayak Ngaju tribe is the highest ritual in the pillars of the death of the Hindu Kaharingan religion, with the aim of delivering spirits to the land of the spirits. Dance and all supporting aspects that have been structured in the Tiwah ceremony have a very important role. To solve this research problem, structural theory functionalism is used in the anthropological perspective from A.R. Radcliffe Brown. This theory explores the structure and function in primitive societies. Brown states a framework that describes the basic concepts relating to the social structure of a particular civilization, in which various religious ceremonies are linked to the mythology or sacred tales in question, and their influence and effect on the structure of the relationship between citizens in a community. The results showed that the Manganjan Dance in the Tiwah ceremony had elements such as actors, movements, musical accompaniment, poetry, venues, clothing, property, floor patterns, ceremonial equipment, and so on. These elements are interconnected, related to one another so that it becomes a complex and structured system. These elements which are interconnected with each other in the Tiwah ceremony, function, operate and move in one unit.


Keywords


tari mangajan, upacara tiwah, dayak ngaju | mangajan dance, tiwah ceremony, ngaju dayak

Full Text:

PDF

References


Brown, A.R Radcliffe. 1980. Struktur Dan Fungsi Dalam Masyarakat Primitf. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2012. Koreografi Teknik-Bentuk-Isi. Yogyakarta: Cipta Media.

Heriyawati, Yanti. 2016. Seni Pertunjukan Dan Ritual. Yogyakarta: Ombak.

Riwut, Nila. 2003. Maneser Panatau Tatu Hiang. Yogyakarta: Pusakalima.

Riwut, Tjilik. 2007. Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan. Yogyakarta: NR. Publishing.




DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v16i2.4680

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats