BALI JAWI Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai Luhur Manusia Jawa

Anter Asmorotedjo

Abstract


Tari berjudul Bali Jawi, sebuah karya yang terinspirasi dari sebuah ritual tradisi Jawa yang sering disebut dengan sowan leluhur. Ritual tersebut sering dilakukan oleh masyarakat penganut paham spiritual Jawa atau yang sering disebut dengan kejawen. Ritual sowan leluhur dipercaya sebagai warisan para leluhur Nuswantara. Para pelaku spiritual Jawa percaya bahwa para leluhur selalu njampangi anak cucunya, maka ritual tersebut sebagai wujud bakti dan bukti memuliakan para leluhurnya. Salah satu situs yang sering dikunjungi untuk ritual tersebut adalah Watu Gilang di Kotagede yang merupakan singgasana raja peninggalan kerajaan Mataram. Dari ritual yang dilakukan, banyak nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Tetapi di era modern saat ini ritual semacam itu sudah banyak ditinggalkan orang. Orang Jawa sendiri semakin menjauh bahkan tidak mengenal ritual semacam itu. Ironisnya ritual semacam itu dianggap sebagai tindakan yang menyesatkan. Padahal realitanya banyak ajaran kebaikan serta nilai-nilai keluhuran yang ada. Akibatnya orang Jawa semakin kehilangan jati dirinya sebagai manusia Jawa. Nilai-nilai luhur manusia Jawa semakin luntur dan banyak orang Jawa yang kehilangan identitasnya, Wong Jawa Ilang Jawane. Melihat realita yang terjadi terkait nilai-nilai luhur Jawa yang mulai luntur, didukung pengalaman empiris, serta proses refleksi diri memunculkan suatu energi untuk mengangkat persoalan tersebut dalam sebuah karya tari agar manusia Jawa kembali menjadi Jawa. Situs Watu Gilang sebagai tempat yang dijadikan sebagai titik awal penelitian artistik dalam penciptaan karya ini. Hasil riset di lapangan, informasi dari berbagai sumber, serta referensi dari literasi yang ditemukan dijadikan sebagai kekuatan karya Bali Jawi. Gagasan ditransformasikan ke dalam simbol-simbol ketubuhan, musik, properti, serta elemen pendukung lainnya. Simbol-simbol yang dihadirkan diharapkan mampu menginspirasi dalam upaya menghidupkan kembali nilai-nilai luhur manusia Jawa. Pencipta tari mencoba melihat kembali masa lalu yang dikaitkan dengan masa kini, sebagai bekal untuk membaca dan melihat masa depan. Nilai-nilai luhur manusia Jawa kembali para ranahnya, dan menjadi gerbang awal menuju kejayaan Nuswantara. The dance Bali Jawi is inspired by a ritual from the Javanese culture that used to called sowan leluhur; it is a ritual where people do an ancestral pilgrimage. This ritual is often done by a Javanese spiritual person or in Javanese culture called kejawen. The ancestral pilgrimage, sowan leluhur ritual is believed as a Nuswantara heritage. The Javanese spiritual person believes that their ancestors are always njampangi; a term in Javanese means „keep watching from a distance‟ their posterity. So, this ritual is often believed as a devotional form to the ancestors. One of the site that often be visited for this ritual is Watu Gilang at Kotagede that was the throne of a king of Mataram Kingdom. There are a lot of honorable values of Java in this ritual. In the other hand, this kind of ritual has been forgotten in this modern era. Javanese people tend to make a distance from this kind of ritual. Ironically, they also tend to consider this kind of ritual as a misguiding doctrine while the fact is there are so many values of kindness included in it. This reality, ironically, make the Javanese people lost their Javanese identity. The honorable values as a Javanese human faded day by day and most of them get lost; it is called “Wong Jawa Ilang Jawane”. Witnessing this reality that the Javanese honorable values begin to be faded, supported by empirical experiences, and also self-reflection brings out energy to raise this issue into a dance work. The Watu Gilang site is the starting point of the artistic research in this dance work creation. The result of the field research, literature research, and information gathered from various resources are processed to be a power from the dance Bali Jawi. The ideas are transformed into bodily symbols, music, dance properties, and other supporting elements. Every symbol presented on this dance are expected to tell the meaning and core values of the dance itself so Bali Jawi could be a meaningful yet high-quality that has honorable values of Java. The dance work is as well expected to inspire people in order to revive Javanese human honorable values. The choreographer is trying to look back to the past and connect it with the present time, as a provision to understand and forecast the future. The honorable values of Javanese human are back to its realm and become the initial gate into the glory of Nuswantara.

Keywords


Bali Jawi, sowan leluhur, nilai-nilai luhur Jawa; Bali Jawi, sowan leluhur, the honorable values of Java

Full Text:

PDF

References


Achmad, Sri Wintala, Asal-usul & Sejarah

Orang Jawa, Yogyakarta, Araska, 2017.

_________________, Etika Jawa, Yogyakarta,

Araska, 2018.

Citraninda Noerhadi, Inda, Busana Jawa

Kuna, Depok: Komunitas Bambu, 2012.

CR, Otto Sukatno, Nalar Serta Rasionalitas

Mistik Dan Ilmu Gaib, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2016.

Dewantara, Setyo Hajar, Suwung, Ajaran

Rahasia Leluhur Jawa, Tangerang Selatan,

Kaurama Buana Antara, 2017.

Endraswara, Suwardi, Agama Jawa,

Yogyakarta, Narasi, 2015.

_________________, Memayu Hayuning

Bawana, Yogyakarta, Narasi, 2013.

Farela, Aristo, A Short History Of Java,

Surabaya, Ecosystem Publishing.

Guntur, Metode Penelitian Artistik, Surakarta:

ISI Press, 2016.

Indrahartanto. Reinkarnasi,Yogyakarta,

Narasi, 2008.

Jatmiko, Adityo, Tafsir Ajaran Serat

Wedhatama, Yogyakarta, Pura Pustaka, 2012.

Joseph Stockdale, John, Eksotisme Jawa:

Ragam Kehidupan dan Kebudayaan

Masyarakat Jawa, Yogyakarta: Progresif

Book, 2010.

Kresna, Ardian, Semar & Togog: Yin Yang

Dalam Budaya Jawa, Yogyakarta, Narasi,

Yuwana, Prapto, Sang Pamomong:

Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai Luhur

Manusia Jawa, Yogyakarta, Adiwacana, 2012.

_____________, Punakawan:

Simbol

Kerendah Hati Orang Jawa, Yogyakarta,

Narasi, 2012.

Maladi Irianto, Agus, Interaksionisme

Simbolik: Pendekatan Antropologis

Merespons Fenomena Keseharian, Semarang:

Gigih Pustaka Mandiri, 2015.

MC, Wahyana Giri, Sajen & Ritual Orang

Jawa, Yogyakarta, Narasi, 2010.

Miroto, Martinus, Karya Cipta Seni

Pertunjukan, Riset Artistik–Koreografi

Lingkungan Akademis, Yogyakarta: JB

Publisher, 2017.

Musman, Asti, Agama Ageming Aji, Menelisik

Akar Spiritualisme Jawa, Yogyakarta, Pustaka

Jawi, 2017.

P.H, Rahadhian, Eksistensi Candi: Sebagai

Karya Agung Arsitektur Indonesia Di Asia

Tenggara, Yogyakarta, P.T Kanisius, 2018.

Sandika, I Ketut, Tantra: Ilmu Kuno

Nusantara, Javanica, Banten, 2019.

Santosa, Iman Budhi, Manusia Jawa Mencari

Kebeningan Hati, Yogyakarta, Diandra

Pustaka Indonesia, 2013.

Situngkir, Hokky, Kode-kode Nusantara,

Jakarta, Expose, 2016.

Soebachman, Agustina, Hikayat Bumi Jawa,

Yogyakarta, Syura Media Utama, 2015.

Suhardi, Manekung Di Puncak Gunung,

Yogyakarta, Gajah Mada University Press,

Sumaryono, Antropologi Tari Dalam

Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Media

Kreativa, 2016.

Tunggono, Victoria, Candi Nuswantara,

Jakarta, PB Kompas, 2018.




DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v10i1.2684

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats