Taru Tari Tara
Abstract
“Taru Tari Tara” adalah judul dari karya tari yang menunjuk pada konsep dasar yang diwujudkan ke dalam sebuah koreografi kelompok. Taru dalam bahasa Bali memiliki arti kayu, kemudian Tari berarti tari atau apabila dilihat dari substansi dasarnya adalah gerak atau perilaku, selanjutnya Tara yang berasal dari kata ketara dalam bahasa Bali berarti terlihat. “Taru Tari Tara” berarti bagaimana gerak dan perilaku (Tari) yang terlihat (Tara) dalam mengolah sebuah kayu (Taru). Ide karya tari ini muncul dari ketertarikan penata terhadap gerak dan perilaku seorang maestro seniman pembuat topeng di Bali bernama I Wayan Tangguh, yang merupakan kakek penata sendiri.
Karya tari ini secara struktural dibagi ke dalam lima adegan (introduksi, adegan satu, dua, tiga, ending) dengan lebih berfokus pada aktivitas I Wayan Tangguh sebagai seorang petani, pembuat topeng, dan pemangku. Gagasan tersebut muncul berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara visual kemudian berkembang menjadi sebuah ide. Hasil dari pengamatan yang dilakukan terhadap proses pembuatan topeng dijadikan sebagai bahan acuan untuk melangkah pada tahap ekpslorasi, meliputi pencarian gerak, pembuatan properti, setting, kostum tari, dan musik tari.
Karya tari yang disajikan dalam bentuk koreografi kelompok ini melibatkan enam orang penari laki-laki, menggunakan properti tari berupa topeng Bali, dan dipentaskan di proscenium stage. Gerak tari yang digunakan berdasar pada hasil eksplorasi gerak membuat topeng seperti menyerut kayu, memukul kayu, memegang topeng, dan menjepit topeng menggunakan kaki, serta divariasikembangkan dengan sikap serta motif gerak tari tradisi Bali seperti agem, malpal, ngaed, dan nayog.
"Taru Tari Tara" is the title of a created dance piece. The title is pointing to the basic concepts that are embodied into a choreography group. Taru in Balinese language means wood, then Tari or dance means when seen from the substance or behavior is essentially the motion, then Tara is derived from the word in the language of Bali means striking looks. “Taru Tari Tara” means how movement and behavior (Tari) are visible (Tara) in processing a timber (Taru). The idea of this dance work arises from interest from the choreographer against the motion and behavior of a master artist mask maker in Bali named I Wayan Tangguh, choreographer's own grandfather.
This dance piece is structurally divided into five scenes (introduction, scene one, two, three, ending) with a focus on the activities of I Wayan Tangguh as a farmer, mask makers, and stakeholders. The idea arose based on observations made visually and then developed into an idea. The results of observations made on the process of making a mask used as a reference material for stepping on stage ekploration, includes motion search, the manufacture of the property, setting, costume dance, and dance music.
Dance works presented in the form of the group choreography involving six male dancers, using the property Balinese dance masks, and staged in a proscenium stage. Dance movement that is used, based on the results of exploration motion that makes the masks like shaving wood, hitting the wood work, holding the mask, and clamping the mask using the feet, as well as attitudes and motives varied and develop with traditional Balinese dance like agem, malpal, ngaed, and nayog.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
A. Sumber Tertulis
Brandon, James R. 2003. Jejak-Jejak Seni Pertunjukan Di Asia Tenggara. Terjemahan Prof. Dr. R.M. Soedarsono. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia.
Deboer, Fredrik Eugene, I Made Bandem. 2004. Kaja dan Kelod Tarian Bali dalam Transisi. Terjemahan I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Dibya, I Wayan. 2004. Pragina “Penari, Aktor, dan Pelaku Seni Pertunjukan Bali”. Malang: Sava Media.
_____________. 2012. Geliat Seni Pertunjukan Bali. Denpasar: Buku Arti.
_____________. 2013. Bondres Dan Babondresan Dalam Seni Pertunjukan Bali. Denpasar: Yayasan Wayan Geria Singapadu Yayasan Sabha Budaya Hindu Bali Yayasan Wisnu.
_____________. 2013. Puspasari Seni Tari Bali. Denpasar : UPT Penerbitan ISI Denpasar.
_____________. 2013. Sekar Jagat Bali Kumpulan Rekam Jejak Tokoh Seniman Dan Budayawan Bali. Denpasar: UPT Institut Seni Indonesia Denpasar.
_____________. 2014. Menapak Jejak Tiga Seniman Seni Pertunjukan Bali. Denpasar: Yayasan Wayan Geria.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek – aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta : Elkaphi.
________________. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Pustaka Book Publisher: Yogyakarta.
________________. 2011. Koreografi Bentuk-Teknik-Isi. Yogyakarta : Cipta Media.
Hawkins, Alma M. 1998. Mencipta Lewat Tari, terjemahan Y.Sumandiyo Hadi (2003). Manthili: Yogyakarta.
Kodi, I Ketut. 2006. “Topeng Bondres dalam Perubahan Masyarakat Bali: Suatu Kajian Budaya” tesis S2. Denpasar: Universitas Udayana.
Kusumo, Sardono. W. 2004. Hanuman, Tarzan, Homo Erectus. Jakarta: ku/bu/ku.
Martono, Hendro. 2008. Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Cipta Media
_____________. 2010, Sekelumit Ruang Pentas Modern dan Tradisi. Yogyakarta: Cipta Media.
______________. 2012. Koreografi Lingkungan Revitalisasi Gaya Pemanggungan dan Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Yogyakarta : Cipta Media.
______________. 2012. Ruang Pertunjukan dan Berkesenian. Yogyakarta: Cipta Media.
Meri, La. 1965. Komposisi Tari Elemen-Elemen Dasar diterjemahkan Soedarsono (1975), Massachussets, Jacobs’pillow Dance Festival.
Rembang, I Nyoman, I Made Bandem M.A. 1976. Perkembangan Topeng-Bali Sebagai Seni Pertunjukan. Denpasar: Proyek Penggalian, Pembinaan, Pengembangan Seni Klasik/Tradisional Dan Kesenian Baru Pemerintah Daerah Tingkat I Bali.
Senen, I Wayan. 2013. “Bunyi-Bunyian Pancagita dalam Upacara Odalan di Kabupaten Karangasem Bali”. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti..
Suanda, Endo. 2004. Topeng. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.
Sumaryono. 2012. Ragam Pertunjukan Tradisional. Yogyakarta: UPTD Taman Budaya.
Sutrisno, Mudji. 2014. Membaca Rupa Wajah Kebudayaan. Yogyakarta: PT Kanisus.
B. Sumber Karya
Karya tari berjudul “Lanang” dengan koreografer I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra, yang dipentaskan dalam acara bertajuk “Tari Kontemporer” pada tahun 2014 di Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta.
C. Sumber Lisan
I Wayan Tangguh (90th), berprofesi sebagai pembuat topeng Bali.
I Ketut Kodi (54th) Singapadu, bekerja sebagai staff pengajar di Institut Seni Indonesia Bali Jurusan Pedalangan.
I Made Sutiarka (46th) Singapadu, berprofesi sebagai pembuat topeng Bali.
I Wayan Dibia (67th), berprofesi sebagai Guru Besar ISI Denpasar, pengamat seni, dan penari topeng Bali.
D. Webtografi
http://dannioo.com/2013/04/01/membuat- topeng-itu-ibadah-loh/
http://www.balinesedance.org/Making_Balinese_Dance_Masks.htm
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v7i1.1593
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats