Integrasi Sosial dalam Kesenian Gambang Semarang sebagai Representasi Kritik terhadap Segregasi

Nicodemus Raka Manggala Putra Prayoga

Abstract


Kota Semarang di era kolonial Belanda merupakan salah satu wilayah strategis dan menguntungkan. Dominasi pihak kolonial sebagai bangsa kelas pertama lambat laun menimbulkan gesekan berwujud bentuk-bentuk resistensi dari kelompok masyarakat kelas bawah seperti pemberontakan bahkan perang. Sejarah kelam ini semakin diperburuk dengan kebijakan segregasi sosial guna mempermudah pengawasan pemerintah kolonial. Bayang-bayang konsep segregasi pada masyarakat Semarang semakin diamini dengan konflik-konflik berbau politik, ras, dan agama di kemudian hari. Di lain pihak pertumbuhan kesenian gambang Semarang membawa semangat yang berlawanan dengan citra kota yang tersekat dalam kehidupan multikulturnya. Fokus penelitian ini adalah menemukan titik di mana perkembangan kesenian gambang Semarang menjadi kritik atas citra Kota Semarang yang masih kental dengan segregasi sosial, dan menghubungkannya dengan realitas perkembangan seni gambang Semarang hari ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengetahui sejarah perkembangan Kota Semarang dan gambang Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terwujudnya integrasi sosial yang dihasilkan dari kesadaran kolektif antaretnis menjadi representasi pudarnya segregasi identitas kultur yang dibawa dari masing-masing kelompok etnik yang terlibat dalam kerja kolaboratif kesenian gambang Semarang. Dengan kata lain, pertumbuhan kesenian gambang Semarang menjadi kritik secara representatif atas keberadaan konsep segregasi etnis masyarakat Semarang.


Social Integration in Gambang Semarang Art as a Representation of Criticism of Segregation

ABSTRACT

During the Dutch colonial era, Semarang City was one of the strategic and profitable areas. The domination of the colonial party as a first-class group gradually caused friction in the form of resistance from lower-class groups, such as rebellion and war. This dark history was worsened by social segregation policies to facilitate the supervision of the colonial government. The shadow of the concept of segregation in Semarang is increasingly followed by political, racial, and religious conflicts in the future. On the other hand, the development of gambang Semarang arts brings a contrasting spirit to the image of this city with its multicultural life. This study aims to identify the point where the development of gambang Semarang art becomes a criticism of the image of Semarang City which still upholds social segregation and to relate it to the current development of the art. This study used a qualitative method with a case study design to find out the history of the development of Semarang City and gambang Semarang. The results of this study showed that the realization of social integration resulting from inter-ethnic collective awareness represented the fading of segregation of cultural identities of each ethnic group involved in the collaborative work of gambang Semarang arts. In other words, the development of gambang Semarang art has become a representative criticism of the existence of the concept of ethnic segregation in society in Semarang.



Keywords


integrasi sosial, gambang Semarang, segregasi | social integration, gambang Semarang, segregation

Full Text:

PDF

References


Ar, E. H. (2013). Integrasi sosial dalam masyarakat multi etnik. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 21(1), 191–218.

https://doi.org/https://doi.org/10.21580/ws.21.1.242

Astuti, S. W., Hapsari, I. C., Dona, R. W. W. R., & Safitri, R. (2022). Kesenian gambang Semarang dalam perspektif sosial budaya masyarakat kota Semarang di era modern. Indonesian Journal of Social and Education, 1(1), 33–42. https://jurnalilmiah.org/journal/index.php/ijse/article/view/269

Blau, P. M. (1977). A macrosociological theory of social structure. American Journal of Sociology, 83(1), 26–54.

https://doi.org/https://doi.org/10.1086/226505

Budiman, A. (2021). Sejarah Semarang. Sinar Hidoep.

Dandirwalu, R. (2014). Totem Ambon manise: Membongkar segregasi teritorial berbasis agama di kota Ambon. Antropologi Indonesia, 35(1), 30–44. http://journal.ui.ac.id/index.php/jai/article/view/5511

Dewi, F. K., Soebijantoro, S., & Wibowo, A. M. (2021). Akulturasi etnis Tionghoa dalam pengembangan seni budaya di kelenteng tri dharma Hwie Ing Kiong di kota Madiun. Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 11(2), 218–235. https://doi.org/http://doi.org/10.25273/ajsp.v11i2.9887

Ernawati, E., & Sari, R. N. (2020). Representasi kesadaran budaya lokal perupa dalam penciptaan karya seni rupa dan desain era kontemporer. INVENSI: Jurnal Penciptaan Dan Pengkajian Seni, 5(2), 81–99.

https://doi.org/https://doi.org/10.24821/invensi.v5i2.4371

Fitrianto, F. (2017). Kesenian Janengan; Identitas keetnisan masyarakat Jawa di Pajaresuk Lampung. INVENSI: Jurnal Penciptaan Dan Pengkajian Seni, 2(1), 27–39. https://doi.org/https://doi.org/10.24821/invensi.v2i1.1805

Gainau, M. B. (2016). Pengantar Metode Penelitian. PT Kanisius.

Kholiludin, T. (2019). Pécinan di Pecinan: santri, Tionghoa dan tuan rumah di kebudayaan bersama di kota Semarang. Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Press.

Luna Muñoz, E. (2018). The social integration and digital inclusion through art and communication in community. المجلة العلمية لجمعية امسيا–التربية عن طريق الفن, 4(14), 95–103. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21608/amesea.2018.76219

Mahyuddin, M. (2019). Modal sosial dan integrasi sosial: Asimilasi dan akulturasi budaya masyarakat multikultural di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial Dan Keagamaan, 12(2), 111–122.

file:///C:/Users/HP/Downloads/1104-ArticleText-1793-6-10-20200318.pdf

Paturusi, S. A. (2016). Segregasi ruang sosial antara pendatang dengan penduduk asli pada permukiman perkotaan di Denpasar. Jurnal Kajian Bali, 6(2), 57–78.https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/6655/1/1cc0a44f1d5e6e0c1eb3639eba303e23.pdf

Putri, A. S., & Kiranantika, A. (2020). Segregasi sosial mahasiswa perantau di Yogyakarta. Indonesian Journal of Sociology, Education, And Development, 2(1), 42–51.

https://doi.org/https://doi.org/10.52483/ijsed.v2i1.20

Rachman, A., Teangtrong, P., Jirajaruphat, P., Utomo, U., Sinaga, S. S., Muchsin, I. A., & Sokhiba, S. F. (2022). Ragam pola tabuhan instrumen gambang pada musik gambang Semarang. Mudra Jurnal Seni Budaya, 37(1), 86–97. https://doi.org/https://doi.org/10.31091/mudra.v37i1.1820

Raharjo, E. (2023). A symbolic interaction in the teaching of gambang Semarang music at school. Jurnal Seni Musik, 12(1), 44–51.

https://doi.org/https://doi.org/10.15294/jsm.v12i1.68876

Raharjo, E., & Arsih, U. (2019). Gambang Semarang music as a cultural identity of Semarangs community. Proceedings of the 2nd International Conference on Arts and Culture (ICONARC 2018), 31–35. https://www.atlantis-press.com/proceedings/iconarc-18/125911155

Respati Puguh, D. (2000). Penataan kesenian gambang Semarang Sebagai identitas budaya Semarang. In Laporan penelitian. Semarang: Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sadtiti, S. (2016). Gambang Semarang: Sebuah identitas budaya Semarang yang termarginalkan. Imajinasi: Jurnal Seni, 10(2), 143–152.

https://doi.org/https://doi.org/10.15294/imajinasi.v10i2.8808

Septiyan, D. D. (2016). Eksistensi kesenian gambang Semarang dalam budaya Semarangan. JPKS (Jurnal Pendidikan Dan Kajian Seni), 1(2), 154–172. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30870/jpks.v1i2.1027

Stefanus, S. (2012). Pemerintah kolonial, kelompok etnis Eropa, Cina, bumiputera dan perebutan makna kota Semarang periode 1870-1940 [Thesis]. Unika Soegijapranata. http://repository.unika.ac.id/18293/

Subekso, T. (2020). Musik Gambang Semarang.

Tristiani, V. D., & Lanjari, R. (2019). Nilai estetika tari gambang Semarang pada komunitas gambang Semarang art company. Jurnal Seni Tari, 8(2), 198–204. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15294/jst.v8i2.35180

Turner, J. H. (1981). Emile Durkheim’s theory of integration in differentiated social systems. Pacific Sociological Review, 24(4), 379–391.

https://doi.org/https://doi.org/10.2307/1388774




DOI: https://doi.org/10.24821/invensi.v9i1.8766

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Nicodemus Raka Manggala Putra Prayoga

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Editorial Address:

Graduate School of the Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta

Jalan Suryodiningratan 8 Yogyakarta 55143, Indonesia

Telp./Fax: 0274 419791

email : jurnal.invensi@isi.ac.id

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

 

View my stat Visitors