GAMBAR KACA, BERCERITA DALAM SATU SKENA
Abstract
Painted glass has many various theme, forexamples Islamic calligraphy, mosque,
biography of Nabi, buroq, legend, and wayangs. In fact, painted glass has important positioning
in Indonesia visual art history. The technique of painted glass making is very unique because it
is done on the back of mirror surface. The result of this technique is opposite, left parts will
become right parts, first color will become frontiest color in glass surface. The quality of paint
will be covered in glass, so it is very good in durability. Painted glass can be protected by
coating on the back of glass surface.
In the year of 70’s, many of Javanese traditional house are decorated by painted glass,
but it decrease gradually. Recently, the painted glass is less because glass is fragile material,
damaged with age, or sold to the art shop. Many people considered the old painted glass is
outdated, however today, painted glass becomes artwork media for modern artist. It is means
that painted glass not a pheriperal artwork. At first glance that traditional painted glass
appears made by ordinary people. It seem as a naïve form, wrong composition, and
contrasting color collide. View of mountain, wet rice field, house, and human being are
composed as one scene pile, it is wrong in perspective law. And the right question, is that true?
Painted glass similary wayang beber, relief of temple wall, drawing by childern, Bali
traditional painting, is composed in one scene pile. Why the traditional artist do it? In western
perspective law it is really wrong. But this is the manner of traditional painting inIndonesia.
Right or wrong in ordinary drawing low is not their purpose. Their approches is ideoplastis,
meaning is more important than the visualization.
Keyword: tradition, scene, painted glass
Gambar kaca memiliki beragam tema, seperti tema religi (kaligrafi, masjid, kisah Nabi,
singa ajaib, (buroq), legenda (Joko Tarup, Syeh Dumbo, Untung Suropati, pengantin Loro
Blonyo) dan bermacam-macam tema wayang. Sebenarnya gambar kaca memiliki kedudukan
yang penting dalam sejarah perkembangan seni rupa Indonesia. Pembuatan gambar kaca
dilakukan secara terbalik, yaitu dari belakang, inilah uniknya. Bidang gambar sebelah kanan
akan menjadi sebelah kiri, begitu juga sebaliknya. Warna pertama yang ditorehkan akan
menjadi warna paling depan, karena berada dibelakang kaca kualitas warna cat terlindungi,
sehingga tetap cemerlang dalam waktu yang lama. Gambar kaca juga memiliki kelemahan,setelah 50-60 tahun cat akan mengelupas, hal ini dapat diatasi dengan memberi lapisan
pelindung dari belakang.
Era 70-an gambar kaca ini masih banyak menghiasi rumah tradisional Jawa, tetapi
sekarang jarang sekali dijumpai. Hal ini dapat dimengerti karena bahan kaca mudah pecah dan
kondisinya sudah banyak yang rusak dimakan usia, atau dijual ke art shop karena alasan
ekonomi, dan gambar kaca tempo dulu dianggap sudah ketinggalan zaman. Anggapan ini tidak
sepenuhnya benar, era sekarang ini karya seni dengan berbagai media dapat digunakan
sebagai sarana berekspresi. Media kaca dapat dimanfaatkan oleh perupa modern menjadi
karya seni visual, artinya sudah saatnya seni gambar kaca tidak dianggap sebagai karya
pinggiran. Sekilas tampak bahwa gambar kaca tradisional dibuat oleh mereka yang tidak
mengetahui seni. Bentuknya naif, olahan warnanya kontras sering bertabrakan, dan terutama
komposisinya salah. Pemandangan gunung, sawah, bangunan dan manusia disusun secara
bertumpuk dalam satu skena, hal ini jika dilihat dari ilmu perspektif akan disalahkan oleh
mereka yang belajar disiplin ilmu seni, benarkah demikian?
Gambar kaca, seperti halnya wayang beber, relief dinding candi, gambar anak, lukisan
tradisional Bali dibuat dengan susunan bertumpuk seperti itu. Mengapa mereka melakukan hal
itu? Hal ini jika dinilai dari ilmu perspektif Barat, memang salah. Tetapi demikianlah tradisi
menggambar di Indonesia. Benar dan salah dalam suatu gambar, bukan yang utama, bukan itu
tujuannya. Yang penting adalah isi dari gambar itu dapat dibaca sepanjang waktu, menjadi
sebuah gambar yang hidup, gambar yang memuat banyak cerita dalam satu skena.
Kata kunci: tradisi, skena, gambar kaca
Full Text:
PDFReferences
Fischer, Joseph, 1994, The Folk Art of Java, Oxford University Press New York.
Hadi, Abdul. W.M., 2000, Islam Cakrawala Estetik Dan Budaya, Pustaka Firdaus, Jakarta.
Hermanu, 2005, Ning Tembok, Bentara Budaya Yogyakarta.
Hooykaas, J.H., dkk, 2006, `Mengenang Tjitro Waloejo` Pelukis Tradisional, Bentara Budaya Yogyakarta.
Pameran Gambar Kaca, `Tcandhik Ala`, 2002, Bentara Budaya Yogyakarta.
Wisetrotomo, Suwarno, 1993, `Pameran Lukisan Kaca
DOI: https://doi.org/10.24821/corak.v3i2.2355
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Akhmad Nizam, Agung Wicaksono
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
View My Stats
ISSN 2301-6027 (print) | ISSN 2685-4708 (online).
View My Stats