The Creative Industry Based on the Customary and Cultural Tourism: Art Performance Activities through Bina Nagari in Gurun Panjang, Pesisir Selatan

Nerosti - Nerosti

Abstract


This article provides information about the Community Service Program of the Assisted Nagari (PPNB) or Mitra Village, which also became the results of research in the Bayang District in 2016. The urgency of the study in Nagari Gurun Panjang Barat, which has been experiencing Nagari’s expansion for three years, is challenging to find a solution to improve the community’s economy. Even though the Nagari is a buffer for marine tourism destinations in the Mandeh tourist area, Carocok Painan Beach, and Sago Beach, it had not yet found a strategic solution that should be made. The solution is offered by completing the guided Nagari based on culture and tourism into a creative industry. The answer is to empower PKK (Family Welfare Program) groups of adult female and adolescents to be given skills with implementation methods, namely applying active learning strategies between instructors and community members in theory and practice. From the results of the training: (1) The groups of PKK are proficient and skilled at reading the Pasambahan pantun to welcome the bride and groom; (2) PKK female groups are adept at creating traditional clothing using takuluak that have been made by themselves and make-up that can be used for conventional marriage ceremonies and alek nagari; and (3) Youths have become proficient at playing Randai and established the Randai Padi Sarumpun Group, which was formed due to the implementation of PPNB. The training program was also complemented by religion and customs training to change the community’s attitudes and mindset into a civilized and cultured nation. The formation of positive behavior can lead people to creative industries and open themselves to receiving tourists who come to visit. Automatically, the training held can create welfare and employment for the community.

 

Menuju Industri Kreatif Berbasis Wisata Adat dan Budaya: Bina Nagari Melalui Kegiatan Pentas Seni di Gurun Panjang, Pesisir Selatan. Artikel ini memberikan informasi tentang Program Pengabdian Masyarakat Nagari Binaan (Program Pengabdian Nagari Binaan/PPNB) atau Desa Mitra yang mewujudkan hilirisasi hasil penelitian di Kecamatan Bayang tahun 2016. Urgensinya Nagari Gurun Panjang Barat yang sudah tiga tahun pemekaran Nagari, belum mampu mencari solusi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Padahal Nagari tersebut merupakan penyangga destinasi wisata bahari kawasan wisata Mandeh, Pantai Carocok Painan, dan Pantai Sago. Faktor keterbelakangan pola berpikir, kecederaan tingkah laku dan kemiskinan, terutama para ibu dan remaja sangat memerlukan pembinaan. Mengatasi permasalahan tersebut ditawarkan solusi dengan menjadikan Nagari Binaan berbasis wisata beradat dan berbudaya menuju industri kreatif. Solusi yang ditawarkan adalah memberdayakan ibu-ibu PKK dan remaja untuk diberikan keterampilan dengan metode pelaksanaan, yaitu penerapan strategi pembelajaran aktif antara instruktur dan anggota masyarakat dalam bentuk pelatihan berupa teori dan praktik. Dari hasil pelatihan: (1) ibu-ibu PKK mahir dan terampil membaca pantun pasambahan untuk menyambut pengantin; (2) ibu-ibu PKK mahir mengkreasikan memakai busana adat dengan memakai takuluak yang telah dibuat sendiri, serta tata rias yang dapat dimanfaatkan untuk upacara adat perkawinan dan alek nagari; dan (3) para pemuda telah mahir memainkan randai dan mendirikan Kelompok Randai Padi Sarumpun yang terbentuk dari hasil pelaksanaan PPNB. Pelatihan juga dilengkapi dengan ceramah agama dan adat istiadat sehingga dapat mengubah sikap dan pola pikir masyarakat menjadi bangsa yang beradab dan berbudaya. Pembentukan perilaku yang positif dapat mengantarkan masyarakat menuju industri kreatif dan membuka diri untuk menerima wisatawan yang datang berkunjung. Secara otomatis pelatihan yang diadakan dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.


Keywords


Nagari wisata; cultural arts based on customs; randai; takuluak

Full Text:

PDF

References


Holt, C. (1967). Arts Indonesia: Countinuities and Change. Ithaca: Cornell University Press.

Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka 2017. (2017). Pesisir Selatan: Badan Statistik.

Mulyadi, K. S. (1994). ”Tari Minangkabau Gaya Melayu Paruh Abad XX: Kontinuitas dan Perubahan”. Yogyakarta: Gama Press.

Navis, A. A. (1984). Alam Terkembang Jadikan Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Press.

Nerosti. (2017). Membina Nagari Wisata Adat dan Seni Budaya Sebagai Upaya Pemberdayaan Ibu- Ibu PKK dan Pemuda Nagari Gurun Panjang Barat, Kecamatan, Bayang. Menuju Industri Kreatif.

Nerosti. (2017). “Tiga Gaya Tari Rantak Kudo Berpotensi Sebagai Sajian Pariwisata di Kawasan Mandeh dan Sekitarnya.” Journal of Urban Society’s Art, 4(2), 89–102.

Nerosti. (2019). “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Tari Galombang Gaya Sasaran: Studi Sasaran Sebagai Sarana Pendidikan Kultural.”

Jurnal Dance & Theatre Review, 2(1), 35–41. Putri, L. I., & Handayani, L. L. A. (2020). “Women Emancipation and Empowerment in The Incredibles 1 and 2.” Journal of Urban Society’s Art , 7(1), 30–42.

Soedarsono, R. M. (1999). Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata. Jakarta: MSPI.

Surheni. (2015). “Empat Koreografer Minang-kabau: Dibaca dalam Teks Matrilineal dan Patrilineal.” Journal of Urban Society’s Art, 2(2), 63–79.

Utama, I. (2017). Tari Minangkabau: Dari Pancak dan Pamenan ke Tari Persembahan. Kuala Lumpur: Penerbit Universiti Malaya.

Zulkifli. (1993). “Randai Sebagai Teater Rakyat Minangkabau di Sumatera Barat Dalam Dimensi Sosial Budaya.” Universitas Gadjah Mada.




DOI: https://doi.org/10.24821/jousa.v7i2.4504

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a 
Creative Commons Attribution 4.0 International LicenseISSN 2355-2131 (print) | ISSN 2355-214X (online).

 

View My Stats