Review Lakon Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu Wahana Eksplorasi Model Perancangan Lakon Dalam Rangka “Njajah Désa Milang Kori”

B. Djoko Suseno

Abstract


Njajah désa milang kori program is an activity of going around from one place to another in Bantul regency. This activity is one of the moral responsibility of the academic civitas of Pedalangan FSP ISI Yogyakarta for the world’s recognition of wayang kulit, which in fact began to have signs of fading in Bantul society. The move is intended as a vehicle to increase the appreciation of the community as well as improving the ability of dalang, both for lecturers and students majoring Pedalangan ISI Yogyakarta. The program is a place to experiment and explore new formats of wayang performances according to the demands of the era. One of these steps is reusing Lakon Alap-alapan Sukèsi by Ki Nartosabdo into the Ngayogyakarta tradition in a concise format. The questions are: (1) What elements are considered in the re-work; (2) Whether the results are still
following the rules of the puppetry; and (3) whether the results of the work have met the criteria of the demands of the times. Through the study of balungan balungan plays and the concept of rap-rapet obtained the conclusion that: (1) Issues submitted are only the main points only; (2) Broadly speaking the plays still follow the pattern of pathet by reducing the jejer and the scene; (3) It meets the demands of the times, new in the aspect of the duration of time; and (4) have not been able to produce a
show that seems relaxed and less able to build a living reality. The results of this study are expected to intensify the re-evaluation so that the  purpose of developing the world of puppetry can be achieved.

Program njajah désa milang kori adalah sebuah kegiatan mendalang berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain di Kabupaten Bantul. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab moral civitas akademika jurusan Pedalangan FSP ISI Yogyakarta atas pengakuan dunia terhadap wayang kulit, yang pada kenyataannya mulai ada tanda-tanda memudar pamornya dalam masyarakat Bantul. Langkah tersebut dimaksudkan sebagai wahana peningkatan apresiasi masyarakat sekaligus peningkatan kemampuan mendalang, baik bagi dosen maupun mahasiswa jurusan Pedalangan ISI Yogyakarta. Program tersebut merupakan ajang bereksperimen dan mengekplorasi format baru pertunjukan wayang sesuai dengan tuntutan jamannya. Salah satu dari langkah tersebut adalah garap-ulang Lakon Alap-alapan Sukèsi oleh Ki Nartosabdo ke dalam tradisi Ngayogyakarta dalam format pakeliran ringkas. Yang menjadi pertanyaan adalah: (1) Unsur apa saja yang diperhatikan dalam garap-ulang tersebut; (2) Apakah hasil garap tersebut masih mengikuti kaidah-kaidah dalam pedalangan; dan (3) Apakah hasil garap tersebut sudah memenuhi kriteria tuntutan jaman. Melalui telaah pola balungan lakon dan konsep sambung-rapet diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Permasalahan yang disampaikan hanyalah yang pokok-pokok
saja; (2) Secara garis besar lakon masih mengikuti pola pathet dengan mengurangi jejer dan adegan; (3) Hal yang memenuhi tuntutan jaman, baru dalam aspek durasi waktu; dan (4) Belum mampu menghasilkan pertunjukan yang terkesan santai dan kurang mampu membangun realitas yang hidup. Hasil penelitian ini diharapkan semakin menggiatkan telaah ulang sehingga tujuan pengembangan dunia pedalangan
dapat tercapai.

Keywords


njajah désa; garap-ulang; Sukèsi; lakon; format baru

Full Text:

PDF

References


a. Acuan

Bandem, I Made. 2000.“Seni Tradisi di Tengah

Arus Perubahan”, dalam IDEA, Jurnal Ilmiah

Seni Pertunjukan. Yogyakarta: PT Tarawang

Press.

Becker, Alton L. 1979. “Text-Building,

Epistemology, and Aesthetics in Javanese

Shadow Theatre” in Alton L. Becker and Aram

Yengoyan, Editor. The Imagination and Reality:

Essays on Southeast Asian Coherence Systems,

Norwood, New Jersey: Ablex Publishing

Corporatuon.

Kasidi. 2000. “Pengembangan Struktur Pergelaran

Wayang Gaya Yogyakarta Masa Kini”, dalam

IDEA Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan.

Yogyakarta: PT Tarawang Press.

_________, 2009. Suluk Wayang Kulit Purwa Gaya

Yogyakarta. Yogyakarta: Penerbit Bagaskara

Mujanattistomo dkk. 1977. Pedhalangan

Ngayogyakarta Jilid I. Yogyakarta: Yayasan

Habirandha.

Nojowirongko. 1960. Serat Tuntunan PedhalanganTjaking Pakeliran Lampahan Irawan Rabi

Djilid I. Jogjakarta: Tjabang Bagian Bahasa.

Padmosoekotjo, S. 1958. Ngengrengan Kasusatran

Djawa I. Jogjakarta: Penerbit & Toko Buku

Hien Hoo Sing.

Spillane, James J. 1987. Ekonomi Pariwisata,

Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Wahyudi, Aris. 2012. Lakon Dewa Ruci: Cara

Menjadi Jawa. Yogyakarta: Penerbit Bagaskara.

_________, 2014. “Sambung-rapet dan Gregetsahut dalam Dramaturgi Wayang” dalam

Wayang Nusantara: Journal of Puppetry. Vol.

No. 1, September 2014.

b. Audio-Visual

Ki Nartosabdo, 2009. Dasamuka Lahir. (kaset) PT

Bintang Fajar Cassete.




DOI: https://doi.org/10.24821/wayang.v2i2.3049

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a 
Creative Commons Attribution 4.0 International LicenseISSN 2356-4776 (print) | ISSN 2356-4784(online).

 

 

View My Stats

Flag Counter