MUSIK SAKEPENG DALAM UPACARA PANGANTEN HAGUET SUKU DAYAK NGAJU DI KOTA PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH
Abstract
Ansambel sakepeng dalam upacara panganten haguet merupakan sebuah prosesi upacara yang sangat penting untuk dilaksanakan, selain bertujuan untuk mengikat kedua calon pengantin menuju kejenjang pernikahan, dilaksanakannya upacara tersebut juga bertujuan untuk memperkenalkan identitas dari persebaran masyarakat Dayak Ngaju. Adapun masyarakat yang masih belum mengetahui apa fungsi ansambel sakepeng dalam upacara panganten haguet dan bagaimana bentuk dan penyajiannya. Maka dari itu penulis bertujuan mencari tahu dan menjawab permasalahan yang terjadi dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnomusikologis. Hasil penelitian yang didapat yaitu terdapat pengembangan musik sakepeng dengan penambahan beberapa instrumen di dalam ansambel tersebut.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Bakar, Seth, Rangka Siren F, T.Andin Gani. 1991. Peralatan Hiburan Dan
Kesenian Tradisional Daerah Kalimantan Tengah. Palangkaraya: Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih di
Antara Lima Pendekatan , Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2006. Seni Dalam Ritual Agama.Yogyakarta: PUSTAKA.
Haryanto. 2015. Musik Suku Dayak Sebuah Catatan Perjalanan di Pedalaman Kalimantan. Yogyakarta: Badan penerbit ISI Yogyakarta.
Hendarto, Sri. 2011. Organologi dan Akustika I & II. Bandung: Lubuk Agung.
Lumholtz, Carl. 1991. Through Central Borneo. New York: Oxford University Press.
Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Terj. Triyono Bramantyo Northwestern: University Press.
Mihing, Teras, S.Rusan Ikel, Kunom Sylvanus, Uda M.Felix. 1994. Adat Dan Upacara Perkawinan Daerah Kalimantan Tengah. Palangkaraya: Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Penyang, Simal., et. Al. 1976. Panaturan dan Penerjemahannya. Palangkaraya: Majelis Besar Ulama Kaharingan Indonesia.
Prier, Karl Edmund SJ. 2015. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Riwut, Tjilik. 2003. Maneser Panatau Tatu Hiang. Palangkaraya: PUSTAKA LIMA.
Rousseau, Jerome. 1990. Central Borneo: Ethnic Identity and Social Life in a Stratified Society. New York: Oxford University Press.
Soedarsono, R. M. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
___________. 2002. Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.
Senen, I Wayan. 2015. Bunyi-bunyian Dalam Upacara keagamaan Hindu Di Bali. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi (Penerjemah: Misbah Zulfa Elizabeth), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta Bandung.
NARASUMBER
Cornelis Pith, 58 tahun, Mantir Adat Keluharan Menteng, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Jimy Oktolongere Andin, S.Sn., M.Pd pemilik sanggar seni budaya Tut Wuri Handayani Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Kristopel S. Kusin, 50 tahun, Mantir Adat Keluharan Langkai, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Rabiadi, 42 tahun, Basir Upu Kelurahan Langkai, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Rumsoe Sanggah, 72 tahun, Mantir Adat Kelurahan Jekan Raya, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
DOI: https://doi.org/10.24821/sl.v16i2.5058
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF (Bahasa Indonesia) - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.