Gamelan Koromong dalam Konteks Ritual 14 Mulud pada Masyarakat Cikubang Sumedang Jawa Barat

Rony Hidayat Sutisna, Asep Ganjar Wiresna, Ece Sukmana

Abstract


This research is about the social transformation process in gamelan Koromong performance in Cikubang Village area, Sumedang Regency, West Java. The fundamental objective of this research is to analyze the structural changes resulting social changes in the ritual of gamelan Koromong in Cikubang. The villagers still carry out this ritual activity as an annual activity which has a predetermined time accorded to the local calendar (Sundanese calendar) exactly on 14th of Mulud. This ritual is carried out by Cikubang community as a manifestation of a form of devotion and gratitude expression to God for everything that has been received and perceived during life. This disclosure is carried out with full rules based on what has been passed down by the ancestors in this region as a guide or management of ritual customs which then develops and adapts as time changes. The results of the study reveal that there are various structures that undergo a process of transformation, both textually and contextually. In the old structure that is ritualistic as well as in the context of the performance, it is the local wisdom that has high philosophical values. These are highly attractive to analyze. However, the values of this local wisdom have been degraded resulting changes in values. This phenomena is an interesting cultural transformation process which becomes the background for this research. The research method applied was qualitative approach. The data collection techniques implemented by the author were observation, interview, and document studies. The results show that the initial context of Koromong art as a ritual slowly experiences transformation process over time becoming a performing art that is not only ritualistic, but also popular.

Artikel ini mengenai proses perubahan sosial pada masyarakat pelaku ritual seni gamelan koromong yang berada di wilayah Kampung Cikubang Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Dasar pemikiran penting artikel ini adalah menganalisis perubahan struktur yang mengakibatkan terjadinya perubahan sosial pada ritual seni gamelan koromong Cikubang. Masyarakat di kampung ini masih melaksanakan kegiatan ritual ini sebagai rutinitas tahunan yang sudah ditentukan waktu pelaksanaannya pada penanggalan kalender lokal (kalender Sunda) yaitu pada tanggal 14 Mulud. Kegiatan ritual ini dilaksanakan oleh masyarakat Cikubang sebagai manifestasi dari bentuk pengabdian dan pengungkapan rasa bersyukur terhadap Tuhan atas segala yang telah diterima dan dirasakan selama menjalani kehidupan. Pengungkapan ini dijalankan dengan penuh aturan berdasarkan apa yang pernah diwariskan oleh para leluhur di wilayah ini sebagai panduan atau tata kelola adat ritual yang kemudian berkembang dan menyesuaikan terhadap perkembangan jaman. Hasil penelitian mengungkapkan terdapatnya berbagai struktur yang mengalami proses transformasi baik secara tekstual maupun kontekstual. Pada struktur yang bersifat ritual, dalam konteks pertunjukannya merupakan sebuah kearifan lokal yang mempunyai nilai filosofi tinggi yang menarik untuk dianalisis. Namun, nilai kearifan lokal ini mengalami degradasi yang mengakibatkan berubahnya nilai. Perubahan nilai tersebut merupakan sebuah proses perubahan sosial yang menarik untuk dikaji dan menjadi latar belakang pembahasan artikel ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konteks awal seni koromong dipakai oleh masyarakatnya sebagai seni ritual, perlahan-lahan mengalami proses perubahan seiring berubahnya waktu menjadi sebuah seni pertunjukan yang tidak hanya bersifat ritual saja namun bisa bersifat kekinian.


Keywords


gamelan koromong; 14-mulud ritual; masyarakat Cikubang Sumedang

Full Text:

PDF

References


Adriyansyah, Jamaludin, & Imran. (2019). Kajian Tentang Tradisi Kepercayaan Masyarakat Suku Kaili Terhadap Adat “Balia” (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Kayumalue Ngapa Kecamatan Palu Utara). Jurnal Edu Civic Media Publikasi Ilmiah Prodi PPKn, 5(1), 70–75. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/EduCivic/article/download/15073/11264

Adibah, Ida Zahara. (2018). Metodologi Grounded Theory. Jurnal Inspirasi, 2(2), 147. http://repository.undaris.ac.id/189/

Alam, Wd. Dharmawan Ider. (2008). Riwayat Hidup Raja-raja Sumedang Larang. Sumedang: Yayasan Pangeran Sumedang.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Ashaf, Abdul Firman. (2006). Pola Relasi Media, Negara, dan Masyarakat: Teori Strukturasi Giddens Sebagai Alternatif. Jurnal Sosiohumaniora, 8(2), 205-218. https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v8i2.5371

Arsana, I Nyoman Cau. (2022). Gita Sewana Strategi Penciptaan Musik pada Masa Pandemi, Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 23(2), 128-138. https://doi.org/10.24821/resital.v21i2.4462

Claimmer, John. (2005). Culture, Development, And Social Theory: On Cultural Studies And The Place of Culture In Development. Jurnal The Asia Pacific Journal of Anthropology, 6(2), 100-119. http://dx.doi.org/10.1080/14442210500168218

Donder, I Ketut. (2005). Esensi Bunyi Gamelan dalam Prosesi Ritual Hindu. Surabaya: Paramita.

Giddens, A. (2010). Teori Strukturasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Giddens, A. (1984). The Constitution of Society. Cambridge: Polity Press.

Gunawan, Asril. (2020). Makna Musik Daak Maraaq dan Hudoq, Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 21(2)18-25. https://doi.org/10. 24821/resital.v21i2.4462

Herlina, Nina. (2008). Sejarah Sumedang Dari Masa Ke Masa. Sumedang: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumedang.

Hill, Danise. (2011). The Practice and Social Evolution of the Javanese Gamelan: Evolution and Continuity. Journal Contemporary Theatre Review, 11(1). 19-27. http://dx.doi.org/10.1080/10486800108568607

Huidi, Ma. (2009). Social Transformation: The Value of Traditional Leisure Culture of China Revisited. World Leisure Journal. 1(1), 3-13. http://doi.org/10.1080/04419057.2009.9674577

Irianto, A. M. (2017). Kesenian Tradisional Sebagai Sarana Strategi Kebudayaan di Tengah Determinasi Teknologi Komunikasi. Jurnal Nusa, 12(1), 90–100. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/nusa/article/view/15640/0

Irawati, E. (2014). Makna Simbolik Pertunjukan Kelentangan dalam Upacara Belian Sentiu Suku Dayak Benuaq Desa Tanjung Isuy, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Jurnal Kajian Seni, 1(01), 60-73. https://journal.ugm.ac.id/jks/article/view/5876

Irawati, E. (2019). Kelentangan dalam Belian Sentiu Suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. BP ISI Yogyakarta.

Komarudin, (2021), Komodifikasi Musik Bambu Wiragawi, Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 22(3), 234-240. https://doi.org/10.24821/resital.v21i2.4462

Kunst, Jaap. (1973). Music in Java. Jilid 2 edisi besar ke-3., ed. E.L.Heins. The Hague: Martinus Nighoff.

Lai, Pan Chiu. (2006). Cultural Transformation and Religious Practice. Jurnal Ars Disputandi, 6(1), 61-63. https://doi.org/10.1080/15665399.2006.10819906

Lubis, Bustanuddin. (2011). Mitologi Nusantara: Penerapan Teori. Bengkulu: Quiksi.

Maryani, Eni. (2011). Media dan Perubahan Sosial. Bandung: Rosdakarya.

Prasetiyo, A., & Nugraha, F. A. (2022). Membangun Nasionalisme dan Patriotisme melalui Penciptaan Lagu Anak. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 23(2), 96-106. https://doi.org/10.24821/resital.v21i2.4462

Rosidi, Ajip. (2000). Ensiklopedi Sunda: Alam, Manusia, dan Budaya termasuk Budaya Cirebon dan Betawi. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Sasaki, Mariko. (2007). Laras pada Karawitan Sunda. Yogyakarta: P4ST UPI.

Sejati, Sunaryo & Sunarto (2022). Seni Pertunjukan dan Kreativitas Musik Setabuhan Yogyakarta. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 23(2), 107-116. https://doi.org/10.24821/resital.v21i2.4462

Suwardi. (2013. Land Management, The Myth of Dewi Sri, and The Balance of Javanese Cosmology, an Anthropogeographic Over¬view. Jurnal Indonesian Journal of Geographic, 45(20), 158-170. https://doi.org/10.22146/ijg.4872

Syam, Nina Winangsih. (2015). Komunikasi Transendental. Bandung: Rosdakarya.

Wrahatnala, Bondet. (2020). Congwayndut: Refleksi Fungsionalisme Struktural Seni Pertunjukan yang Melintas Batas. Jurnal Acintya, Jurnal Penelitian Seni Budaya, 12(2), 16-23. https://doi.org/10.33153/acy.v12i2.3576.




DOI: https://doi.org/10.24821/resital.v24i2.7913

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.





This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.