PRIYANGGA: Sebuah Komposisi Karawitan dalam Perspektif Personal
Abstract
ABSTRACT Priyangga composition is a karawitan composition that has a specific concept of presentation which is individual presentation. A karawitan composition performance normally has a lot of supportive elements because of affected by the collective character of traditional music. Inspired by the case, the writer has an idea to create a Priyangga composition then embody it into a musical artwork. A performer will individually or simultaneously play and present all of the available musical ricikan including himself/herself as the singer. The place arrangement of the ricikan is based on function and purpose so that the performer can easily move around. The arrangement procedure to create Priyangga composition is through two steps which are (1) preparation and implementation to rehearse and improve in order to find a new musical and vocal arrangement in the karawitan sphere; (2) to create karawitan composition with the number of ricikan which will be utilized by the performer with high value musicality.
ABSTRAK Komposisi Priyangga merupakan komposisi karawitan yang mempunyai spesifikasi konsep penyajian dengan penyajian oleh seorang diri. Pergelaran komposisi pada umumnya banyak melibatkan pendukung, hal tersebut dipengaruhi dari musik tradisonal yang bersifat kolektif. Berangkat dari hal tersebut maka, penulis tergugah untuk membuat komposisi Priyangga dalam bentuk perancangan karya seni. Pemain menyajikan semua ricikan yang ada, baik secara bersamaan untuk beberapa ricikan maupun satu ricikan dan sekaligus sebagai vokalis. Penataan ricikan ditata sesuai dengan fungsi dan peranannya agar pemain dapat leluasa berpindah tempat. Metode penelitian dalam menciptakan komposisi Priyangga melalui dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Hasil karya menunjukkan bahwa berolah instrumen serta vokal dalam rangka mencari garapan baru dalam dunia karawitan serta menciptakan komposisi karawitan dengan menggunakan beberapa maupun banyak ricikan yang disajikan oleh seorang pemain yang terdapat rasa musikalitas dan nilai garap.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Antono, U. T. B. (2009). Dekorasi Dan Dramatika Tata Panggung Teater. Resital, Vol. 10, 94–105.
Atmojo, B. S. (2008). Pemimpin. Resital, Vol. 9, 72–78.
Darsono, S. S. (1959). Pasinaon Karawitan.
Erawati, N. M. P. (2019). Pariwista Dan Budaya Kreatif: Sebuah Studi Tentang Tari Kecak di Bali. Kalangwan, Vol. 5, 1–6.
Irawati, Eli., & Erizal Barnawi. (2021). Penciptaan dalam Etnomusikologi?. Journal of Music Education and Performing Arts. 1 (2) 41-46. http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JMEPA/issue/view/1227
Irawati, Eli. (2021). The Transmission of Resilience Learning in the Context of Formal Education an Ethnomusicological Review. Linguistics and Culture Review, 5 (S3), 1040-1053. https:// doi.org/10.21744/lingcure.v5nS3.1664
Hendrayana, D. (2020). Penelusuran Istilah Kawih, Tembang, dan Cianjuran. Panggung, Vol. 30, 411–424.
Marsudi. (2022). Metode Pembelajaran Suling Laras Slendro Gaya Yogyakarta. Resital, 23, 39–50.
Martopangrawit, R. . (1975). Pengetahuan Karawitan 1. Akademi Seni Karawitan Indonesia.
Minarno. (n.d.). Genderan Penerus. Konservatori Karawitan Indonesia Surakarta.
Mohammad, N. S. B. (2020). Enam Elemen Aristotle Dalam Teater Menunggu Lampu Hijau. Wacana Sarjanaacana Sarjana, Vol. 4, 1–13.
Mustika, E. M., & Purwanto, D. (2021). Garap Gembyang Dan Kempyung Dalam Gendèran Gendhing Gaya Surakarta. Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran Dan Kajian Tentang Bunyi, 20(2), 106–119.
Poerwadarminta, W. J. . (1939). Baoesastra Djawa. NV. Groningen.
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudyaan Daerah. (1980). Ensiklopedi Musik Indonesi Seri A-E. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Purwanto, J. (2012). Beberapa Unsur Pembentuk Estetika Karawitan Jawa Gaya Surakarta. Gelar, Vol. 10, 35–49.
Rachman, A. (2019). Penciptaan Lagu Keroncong Berbabasis Kearifan Lokal Di Kota Semarang. JPKS (Jurnal Pendidikan Dan Kajian Seni), Vol. 4, 101–114.
Raharja. (2014). Pengaruh Sri Sultan Hamengku Buana I pada Seni Karawitan Keraton Yogyakarta. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 15(1), 43–51.
Rahayu Supanggah. (1990). Balungan. Jurnal Masyarakat Musikologi Indonesia, 1(1), 115–136.
Ramatullah, S. L. (2021). Eksplorasi Media Seni Rupa Dua Dimensi Menggunakan Mika Akrilik. Brikolase, Vol. 13, 68–76.
Riskandar. (2018). Pelerasan Gamelan Jawa. Dewaruci, Vol. 13, 98–113.
Sasongko, M. H. (2020). Kreativitas Dalam Metode Eksplorsi Nilai Estetis Penciptaan Musik Etnis Di Masa Pandemi Covid-19. Tonika: Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Seni, Vol. 3, 103–115.
Soeroso. (n.d.). Pengetahuan Karawitan. Departemen P dan K.
Subuh, S. (2016). Garap Gending Sekaten Keraton Yogyakarta. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 17(3), 178–188. https://doi.org/10.24821/resital.v17i3.2227
Suneko, A. (2016). Pyang Pyung: Sebuah Komposisi Karawitan. Resital, Vol. 17, 60–66.
Supanggah, R. (1996). Komposisi (baru) Karawitan (Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan (ed.)).
Teguh. (2017). Ladrang Sobrang Laras Slendro Patet Nem. Resital, Vol. 18, 103–112.
Tyasrinestu, F. (2014). Lirik Musikal pada Lagu Anak Berbahasa Indonesia. Resital, 15, 163–168.
Widiantara, I. N. Y. P. (2020). Penciptaan Komposisi Karawitan Kreasi Baru Paras Paros. Pramusika, Vol. 8, 1–13.
Widodo, Ganap, V. &S. (2017). Laras Concept and Its Triggers: A Case Study on Garap of Jineman Uler Kambang. Harmonia: Jurnal of /Arts Reserch and Education, Vol. 17, 75–86.
Yudono, bambang. (1984). Gamelan Jawa Awal-Mula Makna Masa Depannya. PT. Kayra Unipress.
Yunadika, I. K. D. (2021). Pucuk Bang, Sebuah Komposisi Karawitan Bali. Ghurnita, Vol. 01, 188–194.
DOI: https://doi.org/10.24821/resital.v23i3.6405
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.