Pertunjukan Boneka Multi Dimensi ”Sumpah Pralaya”
Abstract
Perancangan naskah Sumpah Pralaya ini lebih bersifat eksperimen yang mencoba untuk menggabungkan dua konsep bentuk pertunjukan boneka dua dimensi (wayang kulit) dan tiga dimensi (wayang golek) sebagai media penuangan. Wayang golek dan wayang kulit mempunyai bentuk dan karakter yang berbeda baik secara konsep pertunjukan maupun cara menggerakan. Namun perbedaan ini justru menjadi tantangan yang harus bisa dipecahkan dalam rangka membentuk sebuah pertunjukan yang tetap bisa dipahami oleh penikmatnya. Perancangan ini mengreinterpretasi tokoh Abimanyu supaya menjadi cerita yang ideal untuk dipaparkan dimasyarakat luas. Tema tentang kepahlawanan, keteguhan hati manusia, dan cinta, diharapkan menjadi pelajaran yang berharga bagi penikmatnya. Cerita ini juga dalam rangka memunculkan pitutur-pitutur Jawa untuk dikomunikasikan kembali kepada para penikmat. Setelah memahami cerita ini penikmat diharapkan mendapatkan pencerahan dan pengetahuan tentang kehidupan yang baik. Orientasi dari perancangan ini adalah mencoba untuk menempatkan dan memaknai dimensi dalam sebuah pertunjukan. Pertunjukan ini diharapkan mampu memunculkan dimensi lain yang justru merangsang dan mendorong penikmat kedalam sebuah imajinasi baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Kata kunci: wayang, golek, boneka, abimanyu
ABSTRACT
Sumpah Pralaya: Puppet Theatre. The design of The Pralaya Oath represents an experiment which is trying to collaborate the two-dimension puppet and the three-dimension one as a united performance. The two-dimension puppet applied in this design is the wayang kulit (leather puppet), whereas the three-dimension puppet is the wayang golek (wooden puppet). These have different forms and characters in its concept of performance. However, the method to play these puppet scopes has dissimilar features and techniques. This remarkable distinction somehow becomes a challenge for the puppet artists to create an understandable and entertaining art performance. This work entitled The Pralaya Oath is clasified as an effort to reinterpret the character of Abimanyu in the form of a particular story that can be widely well-narated. Heroism, courage, and love knotted in this work are all lessons for people to learn. Moreover, this work is aimed to bring out the Javanese moral values as well. After watching and understanding this work, people are expected to gain both enligment and knowledge of a proper life. The orientation of this work is to attach as well as to interpret these particular dimensions in one stage. Hopefully, this performance is able to emerge other particular performance dimensions that could stimulate and assist people to win a new imagination they never thought before.
Keywords: puppet performance, wooden puppet, abimanyu
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.24821/resital.v13i2.521
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.