Sinunö Falöwa sebagai Pelegitimasi Upacara Adat Perkawinan pada Masyarakat Nias di Kota Gunungsitoli: Kajian Konteks dan Kontinuitas

Happy Majesty Waruwu, Mauly Purba, Dardanila Dardanila

Abstract


Tulisan ini membahas tentang ritual perkawinan pada masyarakat Nias di Gunungsitoli. Dua hal yang menjadi fokus diskusi pada tulisan ini adalah, pertama, terkait tradisi nyanyian perkawinan yang dikenal sebagai sinunö falöwa, dan kedua, terkait kepercayaan lokal masyarakat Nias yang dikenal sebagai sanömba adu, penyembah Patung. Dengan mengaplikasikan pendekatan etnomusikologis dan metode penelitian deskriptif komparatif, artikel ini mengungkapkan: (i) ritual perkawinan pada masyarakat Nias di Gunungsitoli terlegitimasi lewat penyajian nyanyian perkawinan yang dikenal sebagai sinunö falöwa; (ii) sebagai aspek yang melegitimasi ritual perkawinan, sinunö falöwa merefleksikan aspek-aspek kepercayaan lokal, dan (iii) keberadaan sinunö falöwa menggambarkan keberlanjutan kepercayaan kuno masyarakat Nias yang eksis melalui proses transmisi sinunö falöwa dan harus dilaksanakan melalui ritual perkawinan, falöwa.


Sinunö Falöwa As Legitimacy of Indigenous Marriage Ceremony in Nias Community in Gunungsitoli City: Study of Context and Continuity. This paper presents an overview of marriage rituals of the Nias community in Gunungsitoli. Two things become the main focus of the discussion, namely the one related to the tradition of marriage singing known as sinunö falöwa, and the one related to the local beliefs of the Nias community known as sanömba adu, worshipers of the Statue. By applying the ethnomusicological approaches and comparative descriptive research methods, this article reveals: (i) marriage rituals in the Nias community in Gunungsitoli which are legitimized through the presentation of marriage songs known as sinunö falöwa; aspects of local beliefs, and (ii) the existence of sinunö falöwa illustrates the continuation of the ancient beliefs of the Nias community that has been existed through the transmission process of sinunö falöwa and must be carried out through marriage rituals, falöwa.

Keywords: sinunö falöwa; sanömba adu; Nias tribe


Keywords


sinunö falöwa; sanömba adu; suku Nias

Full Text:

PDF

References


Afif, A. (2010). Leluhur Orang Nias dalam Cerita-cerita Lisan Nias. Kontekstualita, 25(1), 53–79.

Esten, M. (1999). Desentralisasi Kebudayaan. Angkasa.

Greetz, H. (1986). Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Yayasan Ilmu-ilmu Sosial dan FIS-UI.

Gulo, A. N., Sastra, F., Udayana, U., Sastra, F., & Udayana, U. (2012). Degradasi budaya dalam upacara perkawinan masyarakat nias di denpasar. E-Jurnal Kajian Budaya Universitas Udayana, Volume 1 N, 52–61.

Gulö, W. (1983). Benih Yang Tumbuh XIII. Satya Wacana.

Gulo, Y. (2019). JUPIIS : Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Ketidakadilan Budaya Patriarkhi terhadap Perempuan di Cultural Injustice of the Patriarch of Women in Nias. 11(1), 10–20.

Halawa, M. V. (2017). Transformasi Adu Zatua Di Nias Sumatera Utara. Jurnal Kajian Seni, 03(02), 197–215.

Hammerle, J. (2001). Asal Usul Masyarakat Nias. Suatu Interpretasi. Musem Pusaka Nias.

Harefa, A. (2007). Eksistensi Fondrako Dalam u. Jurnal Ilmiah Pendidikan, Humaniora, Sains Dan Pembelajarannya. Gunungsitoli.

Harefa, B. (2017). Peradilan Adat Nias dan Keadilan Restoratif. Jurnal Komunikasi Hukum, 3(1), 40–49.

Irawati, E. (2016). Transmisi Kelentangan dalam Masyarakat Dayak Benuaq. Resital, Jurnal Seni Pertunjukan, 17, 3.

J Arnold. Toynbee. (1987). Psikologi Perjumpaan Kebudayaan-kebudayaan, dalam Teknologi dan Dampak Kebudayaannya (Y.B. Mangunwijaya (ed.)). Yayasan Obor Indonesia.

Karta. (2013). Transisi Seni Tradisi Toraja Sebagai Pengabdian Kepada Leluhur. Mudra, 28(2).

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta.

Kunts, J. (1939). Music In Nias.

Laia, K. H. (2019). Pertumbuhan Gereja dan Penginjilan di Pulau Nias. Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika, 2(2), 286–302. https://doi.org/10.34081/fidei.v2i2.46

Laoli, T. K. (2015). Studi Deskriptif Dan Analitis Identitas Musikal Nias Yang Terkandung Dalam ‘Zinunö BNKP.’ Universitas Sumatera Utara.

Lombu, C. S., Lattu, I. Y. M., & Pilakoannu, T. (2019). Ruang Ketiga Dalam Perjumpaan Nias -Kristen dengan Minangkabau - Muslim di Padang. Jurnal Kawistara, 5415(3), 324–337.

Malm, W. P. (1982). Southest Asia Music Culture and The Pacific.

Martarosa. (2016). Apropriasi Musikal dan Estetika Musik Gamat. Resital, Jurnal Seni Pertunjukan, 17, 1–2.

Nahdatul Hazmi. (2017). MANALUIFAURI:Antara Tradisi dan Kebutuhan Masyarakat Nias di Labuah Gunuang. Analisis Sejarah, 6(2), 158–168.

Nazir, M. (1999). Metode Penelitian (III). Ghalia Indonesia.

Nettl, B. (1964). Theory and Method in Ethnomusicology. Collie Star.

Nurmalena, S. R. (2014). Kesenian Indang:Kontinuitas dan Perubahan. Panggung, Jurnal Seni & Budaya, 24(3), 250–257.

Purba, M. (2014). Musik Tiup dan Upacara Adat: Kasus Pengayaan Identitas kebudayaan Musikal Pada Masyarakat Batak Toba di Kota Medan. Panggung, Jurnal Seni & Budaya, 24(3), 258–274.

SoedarsonoR.M. (1991). Seni di Indonesia: Kontinuitas dan Perubahan.

Sumardjo, Y. (2003). Indonesia Mencari Dirinya, dalam Orasi Ilmiah Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Sejarah Kebudayaan.

Suwartiningsih, S., Kristen, U., & Wacana, S. (2014). Harmoni Sosial. Jurnal Societas Dei, 1(1), 235–269.

Telambanua, T. (2019). Kaum Milenial dan Kebudayaan Nias: Di Persimpangan Jalan. Jurnal Sunderman, 1(1), 1–16.

Tindaon, R. (2018). Andung-Andung Mate di Ranto. Resital, Jurnal Seni Pertunjukan, Vol 19. No, 46–53.

Waruwu, H. M. (2016). Kajian Organologi Instrumen Lagia (spike fiddle) Pada Kebudayaan Musikal Masyarakat Nias Di Desa Dahadanö Botombawö, Kabupaten Nias. Universitas Sumatera Utara.

Zebua, H. . (1998). Böwö: Afo ba Olola




DOI: https://doi.org/10.24821/resital.v20i3.4078

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.





This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.