RUNGSIT: KOREOGRAFI YANG MENGINTERPRETASI TOKOH KARNA
Abstract
RINGKASAN RUNGSIT merupakan karya tari yang merepresentasikan hati tokoh Karna yang tetap mempunyai ketegaran hati terhadap kekecewaan kepada ibu kandungnya, Dewi Kunti. RUNGSIT berarti penuh liku sebagaimana kisah kehidupan tokoh pewayangan Karna dalam epos Mahabharata. Karna mewakili orang yang terbuang, karena kelahirannya tidak dikehendaki karena membawa aib dari seorang putri kerajaan bernama Dewi Kunti yang harus menjaga marwah kerajaan. Di sisi lain Karna juga bisa mewakili orang-orang yang hidup tanpa kasih sayang seorang ibu kandung, sehingga dalam pengembaraanya Karna belajar dari alam dan belajar dari kehidupan yang ia lalui, hal itu yang membuat keteguhan Karna tidak punya tanding, dia bisa belajar dari alam dan orang-orang yang ia temui semuanya ia anggap menjadi guru. Maka diceritakan Karna mempunyai banyak guru. Karna yang sangat angkuh tetap tak bisa memungkiri bahwa Kunti adalah Ibu yang melahirkannya. Mungkin Karna tampak membenci, namun sisi bathin jiwanya tak dapat memungkiri “rasa cinta” pada ibunya. RUNGSIT diungkapkan menggunakan pola garap koreografi tunggal dengan menggunakan pengambilan gambar video tari dengan teknik one shoot serta black box sebagai tempat pertunjukan, setiap penata memilikimetode yang berbeda-beda dalam membuat karya. Selain itu, setiap penata memiliki ciri maupun ketubuhan yang berbeda, sehingga karya yang diciptakan memiliki ciri khasnya masing-masing.
ABSTRACT "Rungsit" means "full of obstacles", and the term is portrayed by a characterin Wayang (puppet) called "Karna" from the Mahabarata story. Karna was the sonof princess Dewi Kunti. As a member of the kingdom, Kunti had to maintain her pride and dignity, and therefore his birth was despised and shunned by society. Onthe other hand, Karna also represents people who live without a mother's care. Throughout his journey, Karna learned a lot from nature and all the people he came across; so it was said that he had hundreds of teachers, and that his tenacity was incomparable. Despite his arrogance, he couldn’t deny the fact that deep down, hetruly loved his mother Kunti. Choreographer wants to portray Karna’s toughness in enduring all the disappointment he felttowards his own mother. “Rungsit” is a solo choreography that is recorded with a One-Shot techniqueand uses Black Box as the stage. Every choreographer has different needs and methods in executing their pieces, hence the different signature styles that made each and every one of them unique and authentic.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
A. Sumber Tertulis
Budi Hastuti, Bekti dan Supriyanti,” Metode Transformasi Kaidah Estetis Tari Tradisi Gaya Surakarta”, Jurnal Panggung Isi Yogyakarta. Vol. 25. No. 4, Desember. 2015.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2014. Koreografi Bentuk- Teknik-Isi. Yogyakarta: Cipta Media.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2018.
Revitalisasi Tari Tradisional. Yogyakarta: Cipta Media.
Hawkins, Alma. 2002. Bergerak Kata Menurut Hati, terjemahan Prof. Dr. I WayanDibia. Denpasar: MSPI.
Hawkins, Alma. 2003. Mencipta Lewat Tari (Creating Through Dance), Ter. Y.Sumandiyo Hadi, Yogyakarta: Manthili Yogyakarta,
Hidajat, Robby, 2013. Kreatifitas Koreografi. Malang: Surya Pena Gemilang.Hidajat, Roby. 2014. Teknik Tari Tradisi. Yogyakarta: Kendil Media.
Janur Wendo, Risang. 2014, Fungsi Tari Klana Gaya Surakarta Susunan
S.Ngaliman. Jurnal Isi Surakarta, Vol.13.
Lancaster, Kurt. 2019. Basic
Cinematography : a Creative Guide to VisualStorytelling, London, New York : Routledge.
Martono, Hendro. 2012. Panggung Pertunjukan dan Berkesenian. Yogyakarta:Cipta Media.
Martono, Hendro. 2015. Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan.
Yogyakarta :Cipta Media.
Maryani Dwi. 2007, “Wiraga, Wirama, Wirasa Dalam Tari Tradisi Gaya Surakarta”. Dalam Jurnal Ilmu dan Seni, Vol.5.
MD, Slamet, 2014. Garan Joged (Sebuah pPemikiran Sunarno). Surakarta: LPKBNCitra Sains.
Mulyono, Sri. 1978. Tripama Watak Satria dan Sastra Jendra. Jakarta: GunungAgung.
Nuraini, Indah. 2011. Tata Rias & Busana (Wayang Orang Gaya Surakarta).
Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.
Pamardi, Silvester. 2017. Teroka Tari Gaya Surakarta, Surakarta: ISI Press Surakarta.
Pamardi, Silvester. “Karakter Dalam Tari Gaya Surakarta”. Jurnal Seni Budaya, Vol.12. No 2, Desember 2014.
Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto Yogyakarta: Ikalasi.
Sudjarwo, S Sudjarwo, Sumari, dkk.
Rupa Wayang & Karakter WayangPurwa. Jakarta: Kaki Langit Dewasa.
Sudiasa, Ida Bagus Ketut, 2017. Komposisi Tari. Bali: CV Tinta Emas Perkasa. Suharji. “Rantaya Gagah Sebagai Dasar Pembentukan Sikap Penari Gagah”. Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Vol. VII. No 1, Januari 2006.
Sumaryono. 2017. Antropologi Tari dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta: Media Kreativa.
Sunarno, 2014. Garan Joged. Surakarta: Citra Sains LPKBN Surakarta.
Tjondropangrawit, S Ngaliman, 2018. Sang Pembaharu (Jelajah Spiritual KesenianTradisi). Yogyakarta: Gramasurya.
Widyastutieningrum, Sri. Rochana. 2012. Revitalisasi Tari Gaya Surakarta,
Surakarta: ISI Pres Surakarta.
B. Narasumber
Agus Prasetyo, 48 tahun, seorang pekerja sekaligus pemain di Wayang Orang Sriwedari Surakarta.
Irwan Riyadi, 48 tahun, seorang peulis naskah Drayang Swargaloka serta bekerja di Kementrian dan Kebudayaan.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v18i1.6972
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats