MANTODEA: KOREOGRAFI VISUALISASI SIKLUS HIDUP BELALANG SEMBAH
Abstract
RINGKASAN
MANTODEA merupakan karya tari yang memvisualisasikan siklus hidup dan gerak-gerik Belalang Sembah dewasa hingga Nimfa (bayi Belalang Sembah). Kata MANTODEA diambil dari ordo mantodea, yang dalam bahasa Yunani berarti satu jenis Belalang Sembah. Gerak-gerik yang dihadirkan dalam karya tari ini adalah simbolisasi sikap Belalang Sembah disaat diam, gerakan merangkak dan gerakan ngoyok kanan dan kiri (badan seperti tertiup angin). Ide koreografi MANTODEA mempunyai keunikan tersendiri. Keunikan tersebut terdapat pada postur tubuh penata tari sendiri yang ternyata mirip Belalang Sembah. Selain kemiripan postur tubuh, penata juga tertarik pada kehidupan Belalang Sembah yang mandiri dan memiliki cinta sejati. Kemandirian disaat menjalani kehidupan. Cinta sejati disaat Belalang Sembah jantan rela mati demi membuahi sel telur. Melalui karya tari ini diharapkan memberikan inspirasi untuk belajar mandiri dan rela berkorban untuk kehidupan selanjutnya.
ABSTRACT
MANTODEA is the title of this dance work. The concept presented is a visualization of the life cycle and movements of Praying Mantis. The word MANTODEA is taken from the order of mantodea. The order of mantodea adapted from Greek which means one type of praying Mantis. The life cycle that is visualized in this dance work is from adult Mantiss to nymphs (Praying Mantis baby). The movements that are presented in this dance work are symbolic of the attitude of the Praying Mantis while still, crawling movements and movements of the right and left (body like blowing in the wind). The compilation of the MANTODEA choreography is unique. The uniqueness is found in the posture of the dance stylist himself who turns out to be like the Praying Mantis as the main object. Besides the similarity of the same posture the stylist is also interested in his life. The interest of the dance stylist in the life of Praying Mantis is independence and true love. Independence while living life. True love when male locusts are willing to die to fertilize an egg. Through this dance work is expected to be able to learn independently and be willing to sacrifice.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
A. Sumber Tertulis
Borror, Donald J, Charles A. Triplehorn dan Norman F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga, diterjemahkan oleh Soetiyono Partosoedjono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual Konsep, Isu dan Problem Ikonisitas. Jalasutra. Yogyakarta.
Caturwati, Endang. 2008. Tradisi sebagai Tumpuan Kreativitas Seni. Sunan Ambu STSI Press Bandung. Bandung.
Ellfeldt, Lois. 1967. A Primer For Choreographers, diterjemahkan oleh Sal Murgiyanto, 1977. Pedoman Dasar Penata Tari. Dewan Kesenian Jakarta. Jakarta.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Manthili. Yogyakarta.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Pustaka Book Publisher bekerjasama dengan Jurusan Tari Pers FSP ISI Yogyakarta. Yogyakarta.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2014. Koreografi Bentuk-Teknik-Isi. Cipta Media. Yogyakarta.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2017. Koreografi Ruang Prosenium. Cipta Media. Yogyakarta.
Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Hawkins, M. Alma. Creating Through Dance, diterjemahkan oleh Y. Sumandiyo Hadi, 1990. Mencipta Lewat Tari. Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Yogyakarta.
Hawkins, M. Alma. Moving From Within: A New Method For Dance Making, diterjemahkan I Wayan Dibia. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati: Metode Baru dalam Mencipta Tari. Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta.
Holt, Michael. 1989. Stage Design and Properties, diterjemahkan Supriatna. 2009. Desain Panggung dan Properti. STSI Press Bandung. Bandung.
Martono, Hendro. 2008. Sekelumit Ruang Pentas Modern dan Tradisi. Cipta Media: Yogyakarta.
Martono, Hendro. 2014. Koreografi Lingkungan : Revitalisasi Gaya Pemanggungan dan Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Cipta Media. Yogyakarta.
Martono, Hendro. 2015. Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan. Cipta Media. Yogyakarta.
Martono, Hendro. 2015. Ruang Pertunjukan Berkesenian. Cipta Media. Yogyakarta.
Mugiyanto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Nuraini, Indah. 2011. Tata Rias dan Busana Wayang Orang Gaya Surakarta. Badan Penerbit ISI Yogyakarta. Yogyakarta.
Rahmandika, Irwanda Putra. 2019. “Sata”. Skripsi. Jurusan Seni Tari, FSP, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Smith, Jacqueline. 1976. Dance Compotition: A Practical Guide For Teacher, diterjemahkan oleh Ben Suharto.1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Ikalasti Yogyakarta. Yogyakarta.
Suhardi. 2007. Evolusi Avertebrata.UI-Press.
Jakarta.
Supriyanto, Eko. 2018. Ikat Kait Implusif Sarira. Garudhawaca. Yogyakarta.
Thowok, Didik Nini. 2012. Stage Make-Up. PT. Gramedia Pustaka Utama. Yogyakarta.
Wicakso, F. 2018. Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat. Grasindo. Jakarta.
B. Webtografi
https://www.kaskus.co.id/thread/51a2a357 8027cfcb2a000008/11-fakta-unik-tentang- belalang-sembah/
John B. Cobb Jr. https://id.wikipedia.org/wiki/Kreativitas_( Filsafat_Proses)
C. Videografi
Karya tari Agung Yunandi K berjudul MANTIS dipentaskan di Solo acara World Dance Day tahun 2018.
Karya tari Agung Yunandi K berjudul CANGCORANG dipentaskan di Pacitan acara Pelem Festival ke-2 tahun 2018.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v17i2.6336
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats