MAMPIR NGOMBE: REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI COVID-19 MELALUI FILM TARI
Abstract
ABSTRAK
“Mampir Ngombe” adalah film tari yang merefleksikan kondisi Pandemi Covid-19. Sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini, seluruh manusia di bumi sedang menghadapi Pandemi dengan skala global. Memasuki tahun 2020 negara-negara di dunia mulai melakukan lockdown atau pembatasan sosial berskala besar bagi negaranya. Tingkat kematian akibat Pandemi Covid-19 ini selalu diberitakan melalui berbagai media setiap harinya, bahkan terdapat beberapa kerabat dan kawan yang terkonfirmasi positif Covid-19, hingga sembuh kembali namun juga ada yang meninggal. Duka dan kecemasan meliputi hampir disetiap harinya. Pandemi Covid-19 secara langsung dan tidak langsung memberi berbagai dampak. Salah satu dampak yang terjadi jika direnungkan secara dalam akan muncul suatu kesadaran, di mana hidup terasa benar-benar singkat bahwa setiap manusia tidak tahu kapan akan dipanggil pulang.Sebuah pepatah Jawa atau pitutur Jawa mengatakan “Urip iku mung sadermo mampir ngombe, yang memiliki arti hidup itu sangat singkat, ibarat hanya singgah minum. Pepatah itu menjadi sangat terasa pada kondisi saat ini. Waktu yang demikian singkat ini manusia diharapkan mengisinya dengan fikiran yang positif dan dan berusaha memanfaatkannya dengan melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Daripada hidup dalam ketakutan, kecemasan, dan kekuatiran, sebaiknya diisi dengan doa, serta belajar untuk ikhlas setiap harinya, hingga setiap langkah yang dijalani akan menjadi laku yang migunani tumpraping diri lan liya. Koreografer menggunakan media video/film sebagai media ungkap sebagai respons dan adaptasi pada kondisi Pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 membatasi gerak seni pertunjukan dalam hal ini tari yang secara normatif dapat dinikmati secara langsung oleh mata dan energi dirasakan hadir secara nyata, namun pada kondisi ini harus dinikmati melalui video/film. Karya ini merupakan sebuah ekperimentasi langkah baru bagi koreografer untuk mencoba dan berusaha mengekpresikan tari melalui media video/film dengan durasi 6.44 detik.
ABSTRACT
The dance film entitled "Mampir Ngombe" with a short duration is a reflection and introspection on the current conditions of the Covid-19 Pandemic, all people on earth are facing a pandemic on a global scale since the end of 2019, entering 2020 countries in the world have begun. carry out lockdowns or large-scale social restrictions for the country. The death rate due to the Covid-19 Pandemic is always reported through various news media every day, there are even some relatives and friends who have been confirmed positive for Covid-19, until they recover, but some have died. Grief and anxiety always cover almost every day. The Covid-19 pandemic directly and indirectly has various impacts. One of the impacts that occurs if you think about it deeply will emerge an awareness, where life feels really short that every human being does not know when to be called home. A Javanese proverb or Javanese pitutur “states Urip iku mung sadermo mampir ngombe, which means life is like just stopping by for a drink, very briefly. The proverb is very pronounced in the current condition. This time is so short that humans are expected instead of every day filled with worries, fears and worries, it would be nice if they were filled with positive thoughts and and trying to make use of them by doing good and useful things, such as filling them with prayers, working with them. following health protocols, trying to live up to the advice from the government, namely Gerakan 5M Covid-19 (Wearing a mask, washing hands with soap with running water, keeping your distance, keeping away from crowds) and learning to do iklas every day, so that every step you take will become a laku that migunani tumprapting liyan. Choreographers use video / film media as a medium of expression as a response and adaptation to the conditions of the Covid-19 Pandemic. The Covid-19 pandemic limits the movement of performing arts, in this case dance, which can normally be enjoyed directly by the eye and the energy is felt to be present in real terms, but in this condition it must be enjoyed through videos / films. This work is an experimentation of a new step for choreographers to try and try to express dance through video / film media with short duration.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
DAFTAR SUMBER ACUAN
Anderson, Benedict R.O’G. (1965) Mythology and the Tolerance of the Javanese atau Mitologi dan Toleransi Orang Jawa, terjemahan Revianto B. Santoso dan Luthfi Wulandari. (2008), JEJAK, Yogyakarta.
Anderson, Janet. (2010), Modern Dance, Second Edition. Chelsea House, New York.
Achmad, Sri Wintala. (2012) Wisdom Van Java Mendedah Nilai-Nilai Kearifan Jawa. IN AzNa Books, Yogyakarta.
Achmad, Sri Wintala, (2017). Asal-usul & Sejarah Orang Jawa, Yogyakarta, Araska.
Bing, Agus. “Tradisi Mencintai Bumi”. Majalah Seni dan Budaya
GONG Edisi 71/VII/ 2005. Yogyakarta
Berger, Arthur Asa. (2005) Signs in Contemporary Culture, An Introduction to Semiotics atau Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, Suatu Pengantar Semiotika terjemahan M. Dwi Marianto, Tiara waca Yogya, Yogyakarta.
Brannigan, Erin. (2011) Dancefilm-Choreography and the Moving Image. Oxford University Press, Inc, New York
Brow, Jean Morison. (1998) Naomi Mindlin dan Charles H. Woodford. The Vision of Modern Dance, In The Words of Its Creators, Second Edition. Princenton Book Company, USA.
Caturwati, Endang. (2006). Perempuan dan Ronggeng, Pusat Kajian LBPB, Bandung.
Danesi, Marcel.(2004), Messages, Signs, Meanings: A Basic Texbook in Semiotic and Communication Theory (Third Edition) atau Pesan, Tanda dan Makna, Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi teerjemahan Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari. (2010), Jalasutra, Yogyakarta.
Endraswara, Suwardi. (2010) Falsafah Hidup Jawa, Menggali Mutiara Kebijaksanaan dari Intisari Filsafat Kejawen. Cakrawala, Yogyakarta.
Gere, David.(2004) How to Make Dances in an Epidemic-Tracking Choreography in the Age of AIDS, The University of Wisconsin Press, London.
Gonzales, Joseph. (2004) Choreography, A Malaysian Perspective. Akademi Seni Kebangsaan, Kuala Lumpur.
Hadi,Y. Sumandiyo. (2004) Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok. ELKAPHI, Yogyakarta.
Hadi,Y. Sumandiyo. (2007) Pasang Surut Pelembagaan Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Pustaka Book Publiser dan Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, Yogyakarta.
Hadi,Y. Sumandiyo. (2011) Koreografi, Bentuk, Teknik, Isi. Cipta Media bekerjasama dengan Jurusan Tari FSP ISI Yogyakarta, Yogyakarta.
Hadi,Y. Sumandiyo. (2012) Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton. BP ISI Yogyakarta, Yogyakarta.
Hadikoesoemo, R.M. Soenandar. (1985) Filsafat Kejawaan Ungkapan Lambang Ilmu Gaib Dalam Seni Budaya Peninggalan Leluhur Jaman Purba. Yudhagama Corporation, Jakarta.
Harymawan, RMA. (1993) Dramaturgi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Haryono, Timbul. (2009) Seni dalam Dimensi Bentuk, Ruang dan Waktu. Wedatama Widya Sastra, Jakarta.
Kaplan, David dan Robert A. Manners. (2012) The Theory of Culture atau Teori Budaya terjemahan Landung Simatupang. Putaka Pelajar Offset, Yogyakarta.
Hawkins, Alma. (2003) Moving From Whithin. A New Method For Dance Making atau, Bergerak Menurut Kata Hati terjemahan I Wayan Dibia. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Jakarta.
Hawkins, Alma. (2006) Creating Through Dance atau Mencipta Lewat Tari terjemahan Y. Sumandiyo HadiManthili, Yogyakarta.
Hayuaji, Gangsar R. (2011) Centhini 3, Malam Ketika Hujan. Diva Press, Yogyakarta.
Herusatoto, Budiono. (2003) Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Hanindita Graha Widia, Yogyakarta.
Hidajat, Robby. (2008) Seni Tari, Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari bagi Guru. Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Malang.
Hobart, Angela dan Bruce Kapferer. (2005) Aesthetics in performance: Formations of Simbolic Contruction and Experience. Berghahn Books, United States
Kartika, Daharsono Sony. (2007) Estetika., Rekayasa Sains, Bandung.
Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa (1984), PN Balai Pustaka, Jakarta.
Kussudiardja, Bagong. (2000) Bagong Kussudiardja, Dari Klasik Hingga Kontemporer. Padepokan Press, Yayasan Bagong Kussudiardja. Yogyakarta.
Kussudiardja, Bagong. (2007) Joget mBagong di sebalik Tarian Bagong Kussudiardja, Padepokan Press, Yayasan Bagong Kussudiardja. Yogyakarta
Martono, Hendro. (2008) Sekelumit Ruang Pentas., Cipta Media, Yogyakarta.
Martono, Hendro. (2012) Koreografi Lingkungan. Cipta Media, Yogyakarta.
McPherson, Katrina. .(2006) Making Video Dance: A step-by-step guide to creating dance for the screen. Routledge, New York
Murgiyanto, Sal. (1986) Tari dalam Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari., Direktorat Kesenian, Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta, Jakarta.
Murgiyanto, Sal. (1993) Ketika Cahaya Merah Memudar, Sebuah Kritik Tari. Deviri Ganan, Jakarta.
Purwadi dkk. (2010) Upacara Pengantin Jawa.Panji Pustaka, Yogyakarta.
Purwadi. (2008) Kitab Jawa Kuno. Pinus, Yogyakarta.
Purwadi. (2012) Foklor Jawa. Pura Pustaka, Yogyakarta.
Ricour, Paul. (2012) Teori Interpretasi diterjemahkan oleh Masnur Hei. IRCiSoD, Yogyakarta.
Schechner, Richard. (2003) Performance Studies, An Introduction. Routledge, New York.
Schechner, Richard. (2006) Performance Studies, An Introduction, Second EditionRoutledge, New York.
Schlaich, Joan dan Betty DuPont. (1977) Dance The Art of Production. The CV Mosby Company, USA.
Setiawan, Erie. “Inisiasi: Pertaruhan Simbol dan Harapan”, Majalah Seni dan Budaya GONG Edisi 118/XI/2010. Yogyakarta
Soedarsono, R.M. (1997) Wayang Wong, Dramatari Ritual Kenegaraan di Keraton Yogyakarta. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soedarsono, R.M. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Smith, Jacqueline. (1985) Dance Composition: A Practical Guide For Teacher atau Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. terjemahan Ben Suharto. IKALASTI, Yogyakarta.
Sudarsono. (1977) Tari-Tarian Indonesia I. Proyek Pengembangan Media, Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Suharto, Ben. (1999) Tayub: Pertunjukan dan Ritus Kesuburan. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia dan art.line atas bantuan Ford Foundation, Bandung.
Spradley, James P. Metode Etnografi. Tiara Wacana, Yogyakarta.
Sutrisno, Mudji. (2010) Ranah-Ranah Estetika Kanisius, Yogyakarta.
Sumaryono, (2016). Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Media Kreativa.
Tilaar, Martha. (1999) Kecantikan Perempuan Timur. IndonesiaTera, Magelang.
Widaryanyo, FX. (2000) Memoar Ben Suharto, Bungah Ingaran Cubluk. Art.Line dan sePiring, Yogyakarta.
Yosodipuro, Marmien Sardjono. (1996) Rias pengantin Gaya Yogyakarta, Dengan Segala Upacaranya. Kanisius, Yogyakarta.
Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia Perkembangan dan Perubahan Konvensi. Pustaka Gondho Suli, Yogyakarta.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v17i1.5615
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats