KONSEP RWA BHINEDHA DALAM TARI REJANG SAKRAL LANANG DI DESA MAYONG BULELENG BALI

Hendra Santosa, I Made Rianta, I Ketut Sariada

Abstract


ABSTRAK

Pola lantai Tari Rejang Sakral Lanang di Desa Mayong berkonsep rwa bhinedha yang terlihat dari garis lurus satu banjar lalu membentuk garis melengkung. Kedua garis tersebut merupakan simbol purusa dan pradana untuk mencapai suatu kehidupan atau keseimbangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui konsep rwa bhinedha dalam pola lantai tarian tersebut. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah metode observasi tidak berstruktur, metode wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pola lantai Tari Rejang Sakral Lanang di Desa Mayong pada saat pementasan menggunakan konsep rwa bhinedha yang dilakukan di Jaba Tengah berbentuk kalangan pada setiap pura (Kahyangan Desa) yang terdapat di Desa Mayong. Pola lantai hanya terdiri dari satu banjar panjang yang membentuk garis lurus dan melengkung di dalamnya. Penelitian ini menggunakan Teori Semiotika dari Ferdinand de Saussure yaitu penanda dan petanda. Garis lurus dan garis melengkung yang membentuk lingkaran pada pola lantai sebagai penanda dan petanda adalah garis lurus tersebut merupakan simbol purusa dan garis lengkung merupakan simbol pradana. Kedua garis tersebut merupakan bagian dari konsep rwa bhinedha. 

ABSTRACT

The floor pattern of the Rejang Sakral Lanang Dance in Mayong Village has a rwa bhinedha concept which is seen from a straight line and forms a curved line. Both of these lines are purusa and pradana symbols to achieve a life or balance. The purpose of this study was to determine the concept of rwa bhinedha in the dance floor pattern. The research data collection techniques are unstructured observation methods, interview methods, documentation studies, and library studies. Based on the data analysis, the results showed that the floor pattern of the Lanang Sacred Rejang Dance in Mayong Village during the staging used the concept of rwa bhinedha which was carried out in Jaba Tengah in the form of circles in each temple (Kahyangan Desa) located in Mayong Village. The floor pattern consists of only one long line that forms a straight and curved line in it. This study uses the Semiotics Theory of Ferdinand de Saussure namely markers and markers. Straight lines and curved lines that form a circle on the floor pattern as markers and markers are straight lines are symbols of the purusa and curved lines are symbols pradana. These two lines are part of the concept of rwa bhinedha.


Keywords


Rwa Bhinedha, Pola Lantai, Tari Rejang Sakral Lanang|Rwa Bhinedha, Floor Pattren, Rejang Sakral Lanang Dance

Full Text:

PDF

References


A. Sumber Tertulis

Agung, A. A. A. K. (2004). Busana Adat Bali. Denpasar: Pustaka Bali Post.

Bandem, I Made, F. E. de B. (2004). Kaja Dan Kelod Tarian Bali Dalam Transisi. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Bandem, I. M. (1983). Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar.

Bandem, I. M. (1996). Etnologi Tari Bali. Yogyakarta: Kanisius.

Bandem, I. M. (2005). Tari Bali Sebuah Simbol Masyarakat Bali. Seni, 1(1), 9–21.

Berger, A. A. (2010). Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Bungin, B. (2015). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainya-Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media Group.

Dibia, I. W. (2013). Puspasari Seni Tari Bali. Denpasar: UPT. ISI Denpasar.

Dibia, W. (1999). Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. (Taufik Ranhzen, Ed.) (Pertama). yogyakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Koentjaraningrat. (1995). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Manuaba, I. B. (2011). Ayurveda Ilmu Kedokteran Hindu. Denpasar: Yayasan Dharmopadesa.

Moleong, L. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Murdana, K. (1997). Konsep Dwi Tunggal Dalam Kreativitas Seni. Mudra Jurnal Seni Dan Budaya, 5(V), 116–124.

Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika Tafsir Culture Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.

Pujiyanti, N. (2013). Eksistensi Tari Topeng Ireng Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Estetik Masyarakat Pandesari Parakan Temanggung. Catharsis: Journal of Arts Education, 2(1). Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/2728/2516

Rai, W. (2001). Gong Antropologi Pemikiran. Denpasar: Bali Mangsi.

Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2010.

Rianta, I. K. S. H. S. I. M. (2019). Estetika Gerak Tari Rejang Sakral Lanang Di Desa Mayong, Seririt, Buleleng, Bali. MUDRA Jurnal Seni Budaya, 34(3), 385–393. Retrieved from https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/678

Santosa, Hendra. Nina Herlina Lubis., Kunto Sofianto, R. M. (2017). Seni Pertunjukan Bali Pada Masa Dinasti Warmadewa. MUDRA Jurnal Seni Budaya, 32(1), 81–91. Retrieved from http://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/84

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Soedarsono. (1975). Komposisi Tari Elemen-elemen Dasar. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.

Soedarsono. (1977). Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan. Direktorat Jendral. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Soedarsono. (1978). Penuntun Belajar Notasi Laban. Jakarta: Proyek Pembinaan Kesenian Direktorat Pembinaan Kesenian- Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suhardana, K. . (2013). Hindu Jilid III M-S. Surabaya: Paramita.

Sukraka, I. G. (1997). Kondisi Stage di Bali. Mudra Jurnal Seni Dan Budaya, 05(05), 126–134.

Tim Redaksi. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yudabakti, I. M. dan I. W. W. (2007). Filsafat Seni Sakral Dalam Kebudayaan Bali. Surabaya: Paramita.

B. Narasumber

Antara, Jro Made. 2017. Penyarikan Gong Desa Mayong.

Putra, Putu Ardian Eka. 2017. Pelatih dan Penari Tari Rejang Sakral Lanang.

Sandi, I Gusti Mangku Putu. 2018. Kelihan Banjar Pakraman Pohasem.

Supastra, Jro Gede Nyoman. 2018. Kelihan Desa Pakraman Mayong.




DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v17i1.5596

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats