WAYANG WONG KERATON NGAYOGYAKARTA DAN PERKEMBANGANNYA DI LUAR ISTANA
Abstract
Wayang wong diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana I di Kasultanan Ngayogyakarta sekitar tahun
1757. Keberadaan Wayang wong dari masa Hamengku Buwana I sampai masa kekuasaan Hamengku
Buwana VII merupakan seni ritual kenegaraan dan dianggap sebagai pusaka kebesaran keraton. Sebaga seni
tradisi istana, Wayang wong selalu dibangun dan disempurnakan sesuai dengan para sultan yang berkuasa.
Puncak perkembangan Wayang wong terjadi pada masa kekuasaan Hamengku Buwana VIII, dan masa ini
sebagai zaman ke-emasan Wayang wong.
Wayang wong dapat hidup di luar istana Kasultanan Ngayogyakarta pada saat menjelang akhir masa
kekuasaan Hamengku Buwana VII sekitar tahun 1918. Atas ijin Hamengku Buwana VII dibentuklah
organisasi seni tari pertama Kridha Beksa Wirama yang diprakarsai oleh kerabat istana. Disusul selanjutnya
organisasi-organisasi lain yang tetap mengelola Wayang wong. Selain itu muncul pula bentuk wayang wong yang dilakukan oleh para dalang dan berada di wilayah pedesaan. Berkat para dalang sebagai hamba sultan, dan sering melihat pentas Wayang wong istana, bentuk Wayang wong yang dimilikinya mungkin merupakan hasil serapan Wayang wong istana.
Wayang wong yang hidup di istana maupun yang berada di luar istana dan bahkan yang berada di pedesaan merupakan bukti perkembangannya. Perbedaan wilayah kehidupan dan perbedaan masyarakat pengelolanya, kemungkinan melahirkan ciri dan bentuk Wayang wong yang berbeda pula.
Kata kunci: Wayang wong, Sultan, masyarakat, perkembangan.
1757. Keberadaan Wayang wong dari masa Hamengku Buwana I sampai masa kekuasaan Hamengku
Buwana VII merupakan seni ritual kenegaraan dan dianggap sebagai pusaka kebesaran keraton. Sebaga seni
tradisi istana, Wayang wong selalu dibangun dan disempurnakan sesuai dengan para sultan yang berkuasa.
Puncak perkembangan Wayang wong terjadi pada masa kekuasaan Hamengku Buwana VIII, dan masa ini
sebagai zaman ke-emasan Wayang wong.
Wayang wong dapat hidup di luar istana Kasultanan Ngayogyakarta pada saat menjelang akhir masa
kekuasaan Hamengku Buwana VII sekitar tahun 1918. Atas ijin Hamengku Buwana VII dibentuklah
organisasi seni tari pertama Kridha Beksa Wirama yang diprakarsai oleh kerabat istana. Disusul selanjutnya
organisasi-organisasi lain yang tetap mengelola Wayang wong. Selain itu muncul pula bentuk wayang wong yang dilakukan oleh para dalang dan berada di wilayah pedesaan. Berkat para dalang sebagai hamba sultan, dan sering melihat pentas Wayang wong istana, bentuk Wayang wong yang dimilikinya mungkin merupakan hasil serapan Wayang wong istana.
Wayang wong yang hidup di istana maupun yang berada di luar istana dan bahkan yang berada di pedesaan merupakan bukti perkembangannya. Perbedaan wilayah kehidupan dan perbedaan masyarakat pengelolanya, kemungkinan melahirkan ciri dan bentuk Wayang wong yang berbeda pula.
Kata kunci: Wayang wong, Sultan, masyarakat, perkembangan.
Keywords
tari, joged, seni
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v3i2.327
Article Metrics
Abstract view : 0 timesRefbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats