PERANAN SENI PERTUNJUKAN BARIKAN QUBRO DALAM MENDUKUNG PARIWISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH
Abstract
Tulisan ini memaparkan tentang peranan pertunjukan Barikan Qubra dalam mendukung pariwisata di Karimunjawa. Barikan Qubra semula adalah upacara adat bulanan, di mana setiap penduduk Karimunjawa membuat sesaji tumpeng kecil, telur, garam, kacang ijo, dan cabe merah. Sesaji ini diletakkan di perempatan desa (sekarang sudah menjadi di tengah kota), dengan maksud sebagai ungkapan rasa syukur warga atas panen ikan setiap hari, harapan keselamatan setiap warganya, dan agar dijauhkan dari gangguan penyakit.
Adat Barikan Qubra dilaksanakan setiap hari Kamis Wage menjelang Jumat Pon. Namun 5 tahun belakangan ini dijadikan sekali dalam setahun. Pemerintah desa dengan segenap simpatisan budaya membentuk panitia penyelenggara dengan konsep pergelaran budaya yang lebih besar. Setelah dilaksanakan pertama kali di tahun 2015 dan mendapat tanggapan positif dari seluruh elemen masyarakat, maka ujicoba ini dijadikan event penting di setiap tahunnya, guna meningkatkan kedatangan wisatawan. Barikan Qubra yang dahulu sebagai upacara adat kini dikemas sebagai seni pertunjukan arak-arakan yang menarik, namun tidak meninggalkan nilai ritual mereka.
Arak-arakan atau pawai upacara Barikan Qubra menjadi hal yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Pawai Barikan Qubra dilaksanakan dari perempatan desa menuju pelabuhan atau dermaga di mana para nelayan beraktivitas mencari ikan. Tidak hanya sampai di situ, puncak acara pertunjukan berakhir di Alun-alun desa Karimunjawa di mana para warga dan pengunjung menjadi satu dengan wisatawan. Gunungan yang dibuat dengan ukuran besar menjadi rebutan para pengunjung yang hadir. Masyarakat percaya, apabila mendapatkan bagian dari gunungan tersebut, mereka akan mendapat banyak berkah dari Tuhan.
This paper presents the results of research on the role of the Barikan Qubra show in supporting tourism in Karimunjawa. The original Qubra was a monthly traditional ceremony, in which every Karimunjawa resident made small cone offerings, eggs, salt, green beans and red chili. These offerings are placed at the village intersection (now in the middle of the city), with the intention of expressing gratitude for waraga for harvesting fish every day and being kept away from diseased diseases and the safety of every citizen.
Indigenous Barikan Qubra which is held every Thursday Wage before Friday Pon, the past 5 years are made once a year. The village government with all cultural sympathizers formed an organizing committee with the concept of a larger cultural performance. After being implemented in 2015 received a positive response from all elements of society, the trial was made an important event every year, to increase tourist arrivals. Baring the Qubra which used to be a traditional ceremony is now packaged as an interesting performing art but does not abandon the value of their rituals.
Indigenous Barikan Qubra which is held every Thursday Wage before Friday Pon, the past 5 years are made once a year. The village government with all cultural sympathizers formed an organizing committee with the concept of a larger cultural performance. After being implemented in 2015 received a positive response from all elements of society, the trial was made an important event every year, to increase tourist arrivals. Baring the Qubra which used to be a traditional ceremony is now packaged as an interesting performing art but does not abandon the value of their rituals.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Burger, D.H. 1983, Perubahan-Perubahan Struktur Dalam Masyarakat Jawa, Terjemahan
Dewan Redaksi, Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Culture. New York : Basic Books. Goode,
William J.
Hersapandi. 1991 “Wayang Wong Sriwedari : Suatu Perjalanan Dari Seni Istana
Menjadi Seni Komersial, 1901 – 1991.” Tesis untuk meraih derajat Sarjana S-2 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Ivanovich Agusta . 2003. (Makalah Metode Penelitian Kualitatif di Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi) Bogor.
Nin Bakti Sumanto (terj.). 1991. Klasik, Kitsch, Kontempoter: Sebuah Studi Tentang
Seni Pertunjukan Jawa. (Lindsay, Jennifer.. Klasik, Kitsch or Contemporary: A
Study of the Javanese Performing Arts), Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.
Saiffudin Anwar, 2005. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Jakarta: Sinar Harapan.
Sedyawati Edi, 1984. Tari: Tinjauan Dari Berbagai Segi, Jakarta : Pustaka Jaya.
___________. 1985. Pola Kehidupan Seni Pertunjukan Masyarakat Pedesaan. Dalam
Djoko Suryo, R.M. Soedarsono, Djoko Soekiman. Gaya Hidup Masyarakat Jawa di Pedesaan : Pola Kehidupan Sosial – Ekonomi dan Budaya. Yogyakarta : Proyek Javanologi.
Soedarsono, RM. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata. Bandung : MSPI Press
___________. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v10i1.2806
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats