Analisis Koreografi Tari Ganjur Pada Upacara Adat Erau Kutai Kertanegara Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur
Abstract
Tari Ganjur merupakan kesenian yang berbentuk ritual dalam sebuah upacara adat yaitu Upacara Erau adat Kutai Kartanegara Ing Martadipura, yang dilestarikan oleh masyarakat kota Tenggarong, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.Tari Ganjur merupakan tarian Klasik yang dimiliki oleh Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dalam bentuk koreografi kelompok, karena dapat dilihat dari bentuk pertunjukan tari ganjur yang ditarikan oleh empat penari laik-laki. Di dalam tari Ganjur menggunakan sebuah properti Gada yang biasa disebut dengan ganjur. Tari Ganjur menggambarkan seorang pangeran yang sedang menjaga keamanan tiang ayu agar pada saat acara Bepelas Sultan tidak diganggu oleh roh-roh jahat. Tari Ganjur mengenakan busana atasan miskat sedangkan bawahannya mengenakan celana panjang berwarna hitam dipadukan dengan sarung Samarinda. Rias penari menggunakan rias natural, serta iringan tari menggunakan seperangkat alat gamelan Kutai.
Dalam hal ini yang menjadi pokok permasalahan adalah analisis koreografi tari Ganjur pada Upacara Erau Adat Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka akan meminjam teori Y. Sumandiyo Hadi mengenai Koreografi Bentuk-Teknik-Isi. Menurut Y. Sumandiyo Hadi ketiga konsep bentuk, teknik, dan isi ini tidak dapat dipisahkan dalam sebuah pertunjukan tari. Dalam penelitian ini tari Ganjur pada Upacara Erau Adat Kutai Kartanegara Ing Martadipura dapat ditinjau dari aspek bentuk, teknik, dan isi. Aspek bentuk tari Ganjur terbagi menjadi tiga bagian, pembagian ini terlihat dari perpindahan iringan musiknya. Aspek teknik gerak tari Ganjur terdapat kesamaan dengan gerak tari Klasik yang ada di Surakarta dan Yogyakarta. Aspek isi tari Ganjur bertemakan keamanan yang bertujuan untuk menjaga keamanan daerah sekeliling Tiang Ayu. Kehadiran tari Ganjur dalam upacara Erau adat Kutai Kartanegara Ing Martadipura sangat berperan penting dalam acara bepelas sultan, karena kehadirannya diperuntukan menurunkan Pangeran Sri Ganjur untuk menjaga keamanan tiang ayu dari roh-roh jahat, dan kehadirannya selalu ada pada malam Bepelas Sultan.
Ganjur dance is a ritual art form in a traditional ceremony that is customary Erau ceremony Kutai Ing Martadipura, preserved by the people of Tenggarong city, district, Kutai, East Borneo. Ganjur dance a classical dance that is owned by the Sultanate of Kutai Ing Martadipura in the form of choreography Group, because it can be seen from the form of dance performances ganjur danced by four male-male dancers. In Ganjur dance uses a property called Gada commonly called ganjur. Ganjur Dance depicts a prince who is guarding the security pole so that at the time of the Sultan Bepelas event is not disturbed by evil spirits. Ganjur Dance wearing a clothing top miskat while his subordinates dressed in black trousers combined with sarong Samarinda. The dancers makeup using natural makeup, dance accompaniment using a set of Kutai gamelan instruments.
In this case an issue of concern is the analysis of dance choreography Ganjur Ceremony Indigenous Erau Martadipura Kutai Ing. To answer these problems, it will borrow Y. Sumandiyo Hadi theory regarding Choreography Form-Fill-technique. According to Y. Sumandiyo Hadi these three concepts of form, technique, and content can not be separated in a dance performance. In this study dance Ganjur Ceremony Indigenous Erau Kutai Ing Martadipura can be viewed from the aspect of forms, techniques, and content. Aspects of dance form Ganjur is divided into three parts, this division is seen from the transfer of musical accompaniment. Techniques of motion dance movement Ganjur there are similarities with Classical dance movement in Surakarta and Yogyakarta. Aspects of dance contents Ganjur themed security that aims to maintain the security of the surrounding area Tiang Ayu. The presence of dance in the ceremony Ganjur custom Erau Kutai Ing Martadipura very important role in the event bepelas sultan, because his presence is intended to lower the Prince Sri Ganjur to maintain the security of ayu pole of evil spirits, and his presence is always there at night Bepelas Sultan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
A. Sumber Tertulis
Hadi, Y. Sumandiyo 2012. KoreografiBentuk-Teknik-Isi : Pendekatan Koreografi, Yogyakarta : Cipta Media.
. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks : Tari dalam Konteks Berbagai Macam Kepercayaan. Yogyakarta : Pustaka.
Jacqueline Smith, A Pratical Guide for Teacher, 1976, terjemahan Ben Suharto. 1983. Komposisi Tari: sebuah Pertunjukan Praktis bagi Guru. Yogyakarta: Ikalisti.
La Meri. 1976. Dance Composition: The Basic Elemen, terjemahan Soedarsono. 1976. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, Jakarta : Akademi Seni Tari Indonesia.
Sal Murgiyanto. 1986. Dasar- Dasar Koreografi Tari, dalam pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa MasalahTari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pembangunan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soedarsono. 1986. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari, dalam Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
. 1977. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan.
Winata, Adji Zamrul Syalehin. 2000. Erau Adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
Murhansyah. 2006. Erau Kemilau Kearifan Masa Silam. Pondok Gede: Ganeca Exact.
B. Sumber Lisan
Adji Ali Zainalfaisal,SE,MM. 56 tahun, Anak Sultan Kutai Kartanegara.
Adji Muhammad Aflianto, 58 tahun, mantan penari tari Ganjur dan kerabat Keraton Kutai Kartanegara.
DOI: https://doi.org/10.24821/joged.v8i2.1886
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats