Fungsi Tortor Somba-somba dalam Upacara Perkawinan Adat Batak di Yogyakarta

Desy Wulan Pita Sari Damanik

Abstract


ABSTRAK

Tortor somba-somba adalah tarian untuk menyambut hula-hula pada bagian panomu-nomu dalam salah satu rangkaian upacara perkawinan adat Batak. Suku Batak di Yogyakarta kurang lebih ratusan kepala rumah tangga. Hal ini ditandai oleh berdirinya rumah ibadah Batak yang disebut HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Yogyakarta. Tulisan ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan sosiologi. Fungsi sebagai kenyataan sosial yang harus dicari dalam hubungannya dengan tujuan sosial. Pendekatan sosiologi yang digunakan untuk mengetahui bagaimana fungsi Tari Tortor Somba-somba sebagai media permohonan doa dalam perkawinan adat Batak di Yogyakarta. Dengan menggunakan referensi dari buku Y. Sumandiyo Hadi yang berjudul Sosiologi Tari. Fungsi tortor somba-somba dalam upacara perkawinan adat Batak di Yogyakarta adalah suatu cerminan dari masyarakat yang religius dan menjaga identitas budaya Batak di Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan Tari Tortor Somba-somba pada proses upacara perkawinan adat Batak di Yogyakarta. Perkawinan adat Batak merupakan perkawinan yang sangat sakral bagi masyarakat Batak, yang berfungsi sebagai media permohonan doa kepada opung mula jadi na bolon atau Tuhan untuk memberikan pemberkatan kepada pengantin di dalam berumah tangga melalui gerakan tangan dan jari-jari yang melambangkan pemberkatan.

 

The Function of Tortor Somba-Somba in a Traditional Batak Wedding Ceremony in Yogyakarta

ABSTRACT

Tortor somba-somba is a dance to welcome Hula-hula in the panomu-nomu part of a series of traditional Batak wedding ceremonies. The Batak tribe in Yogyakarta has approximately hundreds of household heads. This was marked by the establishment of a Batak house of worship called HKBP (Huria Kristen Batak Protestant) in Yogyakarta. This paper is qualitative research using a sociological approach. Function as a social reality to be sought in relation to social goals. The sociological approach used is to find out how the function of the Tortor somba-somba dance as a medium for prayer requests in traditional Batak marriages in Yogyakarta. By using references from Y. Sumandiyo Hadi's book with a book entitled dance sociology. The function of Tortor somba-somba in the traditional Batak wedding ceremony in Yogyakarta reflects a religious society and maintains a Batak cultural identity in Yogyakarta. The purpose of this study was to analyze and describe the Tortor Somba-somba dance in the traditional Batak wedding ceremony in Yogyakarta. Batak traditional marriage is a very sacred marriage for the Batak community, which functions as a medium for prayer requests to opung mula so na bolon or God to give a blessing to the bride and groom in the household through hand and finger movements that symbolize the blessing.


Keywords


fungsi, tortor somba-somba, upacara perkawinan | functions, tortor somba, wedding ceremony

Full Text:

PDF

References


Sumber Tertulis

Badcock, Christopher R. (2008). Levi-Strauss: Structuralism a sociological theory, terjemahan Robby Habiba Abror. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Damanik, Erond L. (2017). Tortor Somba-somba gerak ritmis, ekspresi berpola dan maknanya bagi orang Simalungun. Medan: Simetri Institute.

Damanik, Erond L. (2017). Agama, Perubahan Sosial, dan Identitas Etnik. Medan: Simetri Institute.

Damanik, Erond L. (2017). Busana Simalungun Politik Busana, Peminjaman Selektif, dan Modernitas. Medan: Simetri Institute.

Dunham, Katherine and Peronism. (1954). An Analysis of Dunham's. Dance Research Journal, 50(3), 38–54.

Fay, Brian. (1998). Contemporary Philosophy of Social Science atau Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, terjemahan M. Muhith, 2002. Yogyakarta: Jendela.

Graw, Jean-Marc De. (2005). “Pengetahuan, Praxeologi, dan Transmisinya”. Jurnal Humaniora Universitas Gadjah Mada, Vol.17, No.1.

Hadi, Y. Sumandiyo. (2005). Sosiologi Tari, Sebuah Pengenalan Awal. Yogyakarta: Pustaka.

Harahap, Irwansyah. (2010). HATA NI DEBATA Etnografi Kebudayaan Spiritual-Musikal Parmalim Batak Toba. Medan: Pusat Warisan Seni Sumatra.

Jones, Kim. (2015). American Modernism: Reimagining Martha Graham's Lost Imperial Gesture (1935). Dance Research Journal, Vol. 47 No. 3.

Koentjaraningrat. (1990). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Koentjaraningrat. (2009). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press.

Koentjaraningrat. (2007). Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI-Press.

Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Launay, Isabelle. (2012). Citational Poetics in Dance: of a faun (fragments) by the Albrecht Knust Quartet, before and after 2000. Dance Research Journal, Vol. 44 No. 2.

Liyansyah, Muhammad. (2011). RONDANG BINTANG Wisata Etnografi Tahunan Simalungun. Aceh: BPSNT Banda Aceh.

McGrath, Aoife. (2014). The Irish Dancing: Cultural Politics and Identities, 1900–2000 Oleh Barbara O'Connor. 2013. Cork, Irlandia: Cork University Press. Ilustrasi, catatan, bibliografi, indeks. Dance Research Journal, Vol. 46 No. 3, p 129–132.

Morris, Gay. (2009). Dance Studies/Cultural Studies. Dance Research Journal, Vol. 41 No. 1, p 82–100.

Putra, Heddy Shri Ahimsa. (2001). Struktulasme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Galang Press.

Royce, Anya Peterson. (1980). Antrophology of Dance atau Antropologi Tari, terjemahan F. X. Widaryanto, 2007. Bandung: Sunan Ambu PRESS STSI.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. (2015). Arti dan Fungsi Tanah bagi Masyarakat Batak Toba, Karo, Simalungun. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Soedarso Sp. (2006). Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

Sumaryono. (2017). Antropologi Tari dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta: Media Kreativa.

Sutrisno, Mudji dan Hendra Putranto (editor). (2005). Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta: KANISIUS.

Usner, Eric Martin (2001). Social and Popular Dance || Dancing in the Past, Living in the Present: Nostalgia and Race in Southern California Neo-Swing Dance Culture. Dance Research Journal, Vol. 33 No. 2, p 87–101.

Vergouwen, JC. (2004). Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Widaryanto, F. X. (2006). Tari Komunal. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Williams, Raymond. (1983). CULTURE. Cambridge: A Fontana Press

Sumber Videografi

Video “Tor-tor dalam susunan upacara bagian panomu-nomu” dalam upacara perkawinan adat Batak di Yogyakarta tahun 2019, koleksi Desy Wulan Pita Sari Damanik.

Video “Tor-tor dalam susunan upacara bagian panomu-nomu” dalam upacara perkawinan adat Batak di Samosir tahun 2020, koleksi Sahat Hasudungan Mikael Rumapea.

Sumber Webtografi

Hutagalung, Jefri Putra (22 April 2009), Jefrihutagalung's Blog for Knowledgements, News, And Fun Things.

https://jefrihutagalung.wordpress.com/category/about-me/

Sumber Lisan

Sri Rezeki Silitonga (40 th), pelaku upacara perkawinan adat Batak di Yogyakarta, wawancara tanggal 19 November 2019 di Gedung Prima SR Yogyakarta.

Sahat Hasudungan Mikael Rumapea, (21 th) masyarakat Samosir sebagai penari Tor-tor, mahasiswa tari UNIMED, wawancara tanggal 16 Oktober 2020 di Pangururan Kabupaten Toba Samosir.




DOI: https://doi.org/10.24821/invensi.v6i2.4936

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Desy Wulan Pita Sari Damanik



Editorial Address:

Graduate School of the Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta

Jalan Suryodiningratan 8 Yogyakarta 55143, Indonesia

Telp./Fax: 0274 419791

email : jurnal.invensi@isi.ac.id

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

 

View my stat Visitors