Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna Simbolik Motif Gurda pada Batik Larangan Yogyakarta

Septianti Septianti

Abstract


ABSTRAK

Motif gurda merupakan ragam hias yang terbentuk dari refleksi kebudayaan kita, akan tetapi dalam pemahaman beberapa masyarakat Indonesia terhadap makna motif gurda yang berbeda, adanya perubahan makna konseptual. Beranjak dari hal tersebut penelitian ini bertujuan memberikan pengetahuan mengenai bentuk, fungsi, dan makna simbolik yang ada pada motif gurda pada batik larangan Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif deskriptif, dengan pendekatan multidisiplin, yaitu pendekatan estetika, pendekatan sejarah, dan pendekatan sosiologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk gurda yang bervariatif disebabkan oleh hasil penyelesaian dalam pembuatan pola gurda selain itu adanya deformasi dan stilisasi terhadap bentuknya, sementara perbedaan gurda Yogyakarta dengan daerah lain disebabkan adanya faktor internal dan eksternal yaitu sosial kultural. Pada fungsi gurda, perubahan fungsi dari gurda sebagai benda sakral, bentuk status sosial, dan perubahan menjadi komoditas industri. Pada analisis kosmologi yang ada pada motif gurda yang ada pada batik larangan Yogyakarta, gurda melambangkan dunia atas yaitu seseorang yang mengendalikan hidupnya dapat mencapai kebenaran yaitu termasuk dunia atas. Pada batik semen yang terdapat motif sawat ageng melambangkan kekuasaan, keperkasaan yang hanya dikenakan oleh raja, mengacu pada mitologi Hindu-Jawa garuda mewakili dari bentuk manusia.

ABSTRACT

Gurda motifs are a variety of decorations that are formed from the reflection of our culture, but in the understanding of some Indonesian people towards the different meanings of the Gurda motif, there is a change in conceptual meaning. Starting from this, this study aims to provide knowledge about the forms, functions, and symbolic meanings that exist in gurda motifs in larangan batik of Yogyakarta. The method used in this research is a descriptive qualitative method, with a multidisciplinary approach, namely the aesthetic approach, historical approach, and sociological approach. The results of this study address the varied forms of gurda caused by the results of completion in the making of gurda patterns besides the deformation and stylization of the shape, while the difference between Yogyakarta and other regions is due to internal and external factors, namely social and cultural. In the gurda function changes the function of the gurda as a sacred object, a form of social status, and change into industrial commodities. In the cosmological analysis of the existing motifs of gurda in larangan batik of Yogyakarta, gurda symbolizes the upper world, namely someone who controls his life can achieve the truth, including the upper world. In the cement batik there is a motif of Sawat Ageng symbolizing power, might that is only worn by the king, referring to the Hindu-Javanese mythology of Garuda representing the human form.


Keywords


motif, gurda atau garuda, dan batik larangan | motifs, gurda or garuda, and larangan batik

Full Text:

PDF (Indonesia)

References


Atmojo, Wahyu Tri. (2011), Barong dan Garuda dari Sakral ke Profan. Pascasarjanan ISI Yogya, Yogyakarta.

Condronegoro, Mari S. (1995), Busana Adat 1877-1937 Kraton Yogyakarta, Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.

Darmokusumo, GBRAY. Murywati S. (2015), Batik Yogyakarta dan Perjalanannya Dari Masa Ke Masa, Kakilangit Kencana, Yogyakarta.

Dharsono, (Kartika, Sony). (2007), Budaya Nusantara: Kajian Konsep Mandala dan Konsep Tri-loka Terhadap Pohon Hayat Pada Batik Klasik, Penerbit Rekayasa Sains, Bandung.

Feldman, Edmund Burke. (1967), Art As Image And Idea, diterjemahkan oleh Sp Gustami (1991),Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Yogyakarta.

Harmoko dkk. (1996), Indonesia Indah Buku ke -8 “Batik”, TMII, Jakarta.

Kudiya, Komarudin, Herman Jusuf, S. Ken Atik, dan M. Djalu Djatmiko. 2016, Batik Pantura Urat Nadi Penjaga Tradisi: Ragam dan Warna Batik Pesisir Utara Jawa Barat, YBJB, Jawa Barat.

Sachari, Agus. 2002, Estetika Makna, Simbol dan Daya, Penerbit ITB, Bandung.

Sumarjo, Jakob. 2014, Estetika Paradoks, STSI Bandung, Bandung.

Susanto, Sewan. 1980, Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian Batik Kerajinan, Jakarta.

Suwito, Sri, Yuwono, Tirun Marwito, Damami, Maharsi, Riswinarno, & Dharma Gupta. 2010, Nilai Budaya dan Filosofi Upacara Sekaten di Yogyakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Yogyakarta.




DOI: https://doi.org/10.24821/invensi.v1i1.4125

Article Metrics

Abstract view : 0 times
PDF (Indonesia) - 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Septianti Septianti



Editorial Address:

Graduate School of the Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta

Jalan Suryodiningratan 8 Yogyakarta 55143, Indonesia

Telp./Fax: 0274 419791

email : jurnal.invensi@isi.ac.id

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

 

View my stat Visitors