IMPLEMENTASI LUKISAN KLASIK KAMASAN PADA MEDIA ALTERNATIF TENGKORAK KEPALA KERBAU
Abstract
In making a contemporary work of art, takes creativity and awareness of locality values, traditional visual elements by taking a visualization of the past and present in socio-cultural discourse. The material object of the creation of this painting will develop the decorative elements of the Kamasan classical painting of Balinese tradition, with exploration in an alternative medium of fine art that is using three-dimensional of an organic object media, is buffalo skulls. The representations of works tend to be ornamental, adapting the character of shapes, and the philosophical content of Classical Kamasan paintings. Strategies for developing ornamental designs are carried out as part of adaptation to the development of global art. The Intrinsic ornamental variety development model that emphasizes of distillation, transformed, distorted and develops ornamental variety with extrinsic powers, namely the value of meaning or symbolic. The implementation of elements of tradition with alternative art media becomes part of the dynamics of cultural development that has the opportunity to process, change, enrich and transform the work of art in accordance with the times. Visualization of this tradition often appears in the visual form of signs or markers in contemporary art. The exploration and implementation of the Kamasan Classic Balinese painting with buffalo skull is expected to provide an enrichment of the visuality of traditional artifacts in Indonesian contemporary paintings.
Pelestarian bukan berarti meniru, tetapi yang dituntut jiwa yang dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam pembuatan suatu karya dibutuhkan suatu kreativitas dan kesadaran akan nilai-nilai lokalitas, elemen visual tradisional serta konsep yang terkandung didalamnya. Artefak dalam kebudayaan tradisi memiliki kandungan makna yang dalam dan telah mengalami proses perenungan yang dalam untuk menangkap berbagai penampakan duniawi dan spiritual melalui perlambang maupun simbol, terlebih mengenai karya-karya kontemporer yang memiliki karakter mengambil visualisasi masa lalu dan masa kini dalam wacana sosial budaya. Karya ciptaan penulis melakukan eksplorasi media alternatif seni rupa berkaitan implementasi unsur visual lukisan klasik Bali Wayang Kamasan yang tidak menggunakan material dasar landasan lukisan yang standar yakni kain kanvas melainkan menggunakan media objek tiga dimensi organik yakni tengkorak kepala kerbau. Ketertarikan pada ornamentik/ragam hias, karakter bentuk, dan kandungan filosofis dari lukisan Klasik Wayang Kamasan memang mendorong untuk menyelidiki dan mengeksplorasinya lebih jauh terutamanya dalam perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, kekayaan artefak seni tradisi berikut nilai lokalitasnya menjadi pergulatan wacana seni rupa kontemporer. Visualisasi tradisi ini seringkali muncul pada karya-karya kontemporer dalam bentuk tanda-tanda ataupun penanda yang mengkaitkannya pada pola-pola visualisasi pada karya-karya tradisi seperti batik, lukisan wayang, dan tarian.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Covarrubias, M. (1981). Island of Bali. Kualalumpur: Oxford University Press.
Djelantik, A. A. M. (2004). Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Haryanto, E. (2013). “Strategi Pengembangan Desain Kriya (Ragam Hias) dalam Perspektif Potensi Lokalitas.” Corak Jurnal Seni Kriya, 2(1, November-April).
Indraguna, K. E. (2014). “Lukisan Gaya Kamasan di Bale Kertha Gosa Semarapura, Klungkung, Bali (Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sejarah di SMA Berbasis Kurikulum 2013).” Artikel Penelitian, Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Ganesha Singaraja.
Kusnadi. (1976). Warna Budaya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Marianto, M. D. (1994). “Berbagai Fenomena Seni dan Bingkai Pandang Terhadap Seni Kontemporer.” Jurnal Pengetahuan Dan Penciptaan Seni SENI, IV(1, Januari).
Mudana, I. W. (2015). Transformasi Seni Lukis Wayang Kamasan Modern di Klungkung di Bali. Universitas Udayana.
Nugroho, B. A. (2014). “Visual Tradisi dalam Karya Seni Lukis Kontemporer sebagai Wujud Artistik Pengaruh Sosial Budaya.” Jounal of Urban Society’s Arts, 1(2, Oktober).
Nuning W., M. M. (2015). “Metode Penciptaan Bidang Seni Rupa: Praktik Berbasis Penelitian (Practice Based Research) Karya Seni Sebagai Produksi Pengetahuan dan Wacana.” Corak Jurnal Seni Kriya, 1(Mei-Oktober).
Parta, I. W. S. (2010). “Modernisasi dan Transformasi Seni Lukis Bali pada Karya I Gusti Nyoman Lempad.” Jurnal Seni Rupa Dan Desain ARS, 9.
Prasetyo, S. S. (n.d.). “Kajian Awal Ekstrasi Kolagen dari Tulang Sapi secara Batch.”
Putra, I. G. L. A. R. (2018). “Inovasi Kerajinan Lukisan Wayang Kamasan Klungkung.” Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, Volume 9(1, Juli).
Read, H. (1975). Pengertian Seni. Yogyakarta: STSRI “ASRI.”
Sedyawati, E. (1991). Seni dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Sida, I. K. (2019). “Perkembangan Kerajinan Tulang.”
Sucitra, I. G. A. (2012). “Pita Maha ‘Koalisi’ Estetika Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modern.” Jurnal Seni Rupa Dan Desain ARS, XV(Januari-April).
Sucitra, I. G. A. (2013). Pengetahuan Bahan Lukisan. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.
Suprihadi. (2006). “Vibrasi Seni Lukis Kamasan di Bali, Indonesia.”
Yudoseputro, W. (1991). “Seni Rupa Klasik.” In Perjalanan Seni Rupa Indonesia: Dari Jaman Prasejarah Hingga Masa Kini. Bandung: Panitia Pameran Kias 1990-1991.
Yuliman, S. (1976). Seni Lukis Indonesia Baru: Sebuah Pengantar. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta
DOI: https://doi.org/10.24821/corak.v9i1.3497
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 i gede arya sucitra
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
View My Stats
ISSN 2301-6027 (print) | ISSN 2685-4708 (online).
View My Stats