Cahaya Bagi Kreasi Estetik

SP. Gustami

Abstract


Cahaya sebagai suatu gejala harus sudah disadari, sejak orang mengenal siang dan
malam. Pada siang hari suhu udara menjadi hangat atau panas akibat terkena pancaran
sinar matahari. Oleh sebab itu, wajar jika cahaya diasosiasikan dengan panas; panas
diasosiasikan dengan iklim, yakni bagian siklus realitas alam yang ditimbulkan oleh
eksistensi matahari. Cahaya tidak hanya sebagai kekuatan (energi) yang memberikan daya
hidup segala makhluk di dunia, tetapi disadari bahwa tanpa cahaya segala sesuatu tidak
mungkin terlihat atau digumuli adan dikembangkan bagi kepentingan hidup.
Pada dasarnya sumber cahaya dapat dipilahkan menjadi dua macam, yaitu sumber
cahaya alami dan buatan. Sumber cahaya alami antara lain, berasal dari matahari dan kilat
(lightningj dengan segala implikasinya; sedangkan sumber cahaya buatan antara lain,
berasal dari api dan listrik. Efek yang ditimbulkan oleh kedua sumber cahaya itu telah
mempengaruhi kesadaran manusia, sehingga setelah mengalami sentuhan estetik umbul
fenomena tertentu yang terkesan dramatik, mitis, dan religius, atau sama sekali bersifat
profan. Hal itu bergayut dengan eksistensi manusia yang memiliki kesadaran rasional dan
irasional sekaligus. Sejalan dengan itu, pengenalan dan pemahaman manusia mengenai
cahaya juga terbagi menjadi dua alur pikir yang berbeda, termasuk di dalamnya
peranannya di bidang penciptaan karya seni. Kehadiran cahaya dalam seni juga memiliki
dua kecenderungan terpisah, yaitu munculnya sifat sacral (dramatik, mitis, dan religius)
dan profan. Bukti untuk itu dapat diperhatikan melalui uraian berikut.

Keywords


seni rupa, desain



DOI: https://doi.org/10.24821/ars.v1i1.236

Article Metrics

Abstract view : 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 

 

visitor visitor