Ilmu Pengetahuan sebagai Pondasi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Berkesenian
Abstract
Kini, memasuki zaman jet, roket, satelit, yang ditandai pesatnya perkembangan dan penggunaan cyber physical system, artificial intelligent (AI), big data, dan internet of things (IoT). Komputer juga semakin kecil sehingga bisa menjadi sebesar kepalan tangan manusia, seperti smartphone, mudah penggunaannya dan bisa dibawa ke mana perlunya, termasuk menyaksikan serta mengikuti berbagai perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan secara sekala (tampak) maupun niskala (maya/tidak tampak), seperti di era digital ini. Cara memperoleh tuntunan ilmu pengetahuan dapat dilakukan oleh setiap orang melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan di luar sekolah. Perpaduan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan sekolah dan pengetahuan yang diperoleh dari ketajaman pengalaman sendiri, itu yang dinamakan Samkya (pengetahuan yang sejati, berenergi intuisi dan suara hati nurani). Saluran untuk memperolehnya dapat melalui lingkungan alam keluarga, sekolah atau perguruan, dan di lingkungan alam masyarakat luas atau alam jagat raya ini. Kecerdasan buatan (artificial intelligence) hadir atas hasil dari buah pemupukan ilmu pengetahuan, olah-pikir yang mampu menggugat salah satu kualitas hakiki manusia yang sering digunakan sebagai bukti keunggulan manusia. Memang ilmu pengetahuan bukan sebagai tujuan akhir, tetapi ilmu pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dapat sebagai pondasi peningkatan kualitas SDM untuk melahirkan ‘kesadaran’ dalam berkesenian dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Science as the Foundation for Quality Improvement Human Resources in the Arts
ABSTRACT
With the rapid advancement and use of cyber-physical systems, artificial intelligence (AI), big data, and the Internet of Things (IoT), we are now entering the era of planes, rockets, and satellites. Additionally, computers are getting smaller until they can match the size of a human fist, much like a smartphone. They are simple to use and portable, making them ideal for observing and monitoring various advancements in science in the digital age, both at a sekala (visible) and niskala (virtual/invisible). Everyone can learn how to acquire scientific counsel through education and learning processes at school and outside of school. Samkya (real knowledge, energized by intuition and conscience) is the confluence of knowledge gained from formal education and knowledge gained from the sharpness of one's own experience. It can be obtained through a channel that operates in the natural surroundings of a family, school, or university and in the natural surroundings of a larger community or the universe. Because of the advancement of science, artificial intelligence (AI) exists today and can fulfill one of the fundamental human needs that are frequently cited as proof of humanity's superiority. Research is not the end aim, but research and knowledge can serve as a foundation for raising the standard of human resources, which will help people live better lives and generate "awareness" of the arts.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Burhan, M. A. (2020). SDM unggul: Kreatif, inovatif, dan berkebangsaan. https://galerirjkatamsi.isi.ac.id/project/pameran-virtual-dies-natalis-isi-yogyakarta-ke-36/
Delors, J. (1996). Learning: The treasure within, penerjemah W.P. Napitupulu Belajar: Harta karun di dalamnya. Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO.
Dewantara, K. H. (1964). Asas-asas dan dasar-dasar taman siswa. Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
I Ketut, S. (2018). Catur asrama: Pendakian spiritual masyarakat Bali dalam sebuah karya tari. Paramita.
Ismunandar. (2019). Tantangan dan peran perguruan tinggi serta lulusannya dalam menghadapi era industri 4.0. https://isi.ac.id/sidang-senat-terbuka-dalam-rangka-dies-natalis-xxxv-lustrum-vii-isi-yogyakarta-tahun-2019/
Kamajaya, G., & Sanjaya, O. (2006). Svami vivekananda Vedanta: Puncak kebenaran Veda masa kini. Paramita.
Kasali, R. (2005). CHANGE! Tak peduli berapa jauh jalan salah yang anda jalani, putar arah sekarang juga: manajemen perubahan dan manajemen harapan. PT Gramedia Pustaka Utama.
Krishna, A. (2015). Bhagavad Gita untuk orang modern: Menyelami misteri kehidupan. PT Gramedia Pustaka Utama.
Miroto, M. (2022). Dramaturgi tari. BP ISI Yogyakarta.
Moeliono, A. M., & Dardjowidjojo, S. (1988). Tata bahasa baku bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pudja, G., & Sudharta, T. R. (1878). Manawa Dharmasastra (Manu Dharmacastra). Dit.Jen Bimas Hindu dan Departemen Agama RI.
Purwasito, A. (2003). Komunikasi multikultural. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Saefuddin, A. (2022). Asa untuk perguruan tinggi. Kumparan. https://kumparan.com/asaefuddinuai/asa-untuk-perguruan-tinggi-1yX3My5IJUL/full
Tamansiswa, M. L. P. (2011). Karya Ki Hadjar Dewantara: Bagian pertama pendidikan. Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Wiana, I. K. (2004). Mengapa Bali disebut Bali? Paramita.
DOI: https://doi.org/10.24821/jtks.v9i1.9715
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF (Bahasa Indonesia) - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2023 I Wayan Dana
Editorial Address:
Graduate School of the Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta
Jalan Suryodiningratan 8 Yogyakarta 55143, Indonesia
Telp./Fax: 0274 419791 email: tatakelolasenijurnal@gmail.com
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.