Potret Diri Digital dalam Seni dan Budaya Visual
Abstract
Selfie merupakan bentuk tidak resmi (slang) dari potret diri digital (digital self-portraits). Keberadaannya semakin berkembang. National #Selfie Gallery di London pada 2013 menunjukkan bahwa jenis foto ini memiliki kelayakan untuk masuk galeri dan disebut sebagai karya seni. Sejumlah 19 seniman berfoto selfie dan hasilnya dipamerkan dalam bentuk video berdurasi singkat, masing-masing sekitar 30 detik. Untuk sampai di ruang pamer galeri, foto-foto selfie tersebut melalui tahap kurasi oleh kurator. Terdapat seleksi teknik dengan perangkat yang ada di dunia seni. Pada tahap selanjutnya, foto-foto selfie tersebut masuk galeri. Saat lolos seleksi dan dipamerkan di ruang galeri, serta dinikmati audiens seni, digital self-portraits menjadi sebuah karya seni dengan nilai isi makna seni, termasuk nilai estetis, serta nominal tertentu saat dibeli oleh kolektor. Jenis foto yang mengelilingi masyarakat kota tidak hanya selfie dan potret diri, namun semakin beragam. Di mana pun bertemu dengan foto, hingga dalam pengambilan keputusan maupun tindakan, berdasarkan pada apa yang dilihat. Di ranah ini, foto sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat membentuk budaya visual. Dari budaya visual ini, bidang-bidang kehidupan lain ikut terpengaruh. Ketika foto menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan ataupun cara hidup masyarakat, bidang lain seperti ekonomi dan sosial turut larut di dalamnya. Perekonomian menjadikan dunia visual sebagai lahan bisnis yang menjanjikan. Dari sisi sosial, masyarakat menggantikan interaksi dan komunikasi langsung dengan media digital. Melihat dan mengukur seseorang dari relasi dari di media sosial, dan menilainya dari visual yang tertampil di jejaring sosial tersebut
Selfie is a slang form of digital self-portrait. Now, its development has been increasing. National #Selfie Gallery in London in 2013 showed the eligibility of this type to enter the gallery and called it as a work of art. There were 19 artists taking their selfie and displayed the works in the form of short videos, each was about 30 seconds. Being displayed in the gallery, these photos of selfie had been through stages of curation by curators before they were displayed in the gallery. There was a technique of selection with the existing devices in the art world. When photographs passed the selection and were exhibited in the gallery space, and were enjoyed by the audiences, the digital self-portraits become a work of art which contain the art values in content, including aesthetics, and certain nominal when purchased by collectors. The types of photo surrounding the urban community are not only selfie and self-portrait, but more various upon them. Wherever photos are found, and when taking the decision and action in society, they are much influenced on what are seen. Based upon this realm, they have already become a part of community art which forms the visual culture. From this visual culture, other areas of life are affected. When photos become the inseparable part of life or community way of life, other areas like economic and social are fused within them. The economics makes the visual area becoming the prospective business area. From the social side, the community replaces the interaction and direct communication with the digital media. By having this understanding, we are able to see and measure a person by looking at his/her social relation through the social media, and giving the showed value as being found in its social networking.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abdulsyani. 2007. Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Admin Web. 2015. “Iklan Axis Lucu’Ganteng Dikit Cekrek’ Dijamin Ngakak”. http://www.kalongkurus.com/2015/12/iklan-axis-lucu-ganteng-dikit-cekrek.html. (Diakses pada 14 September 2015, 01:57.
Adzani, Fadli. 2015. “Berbagai Kisah Selfie Berujung Bencana di Dunia”. http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150909162645-277-77676/ berbagai-kisah-selfie-berujung-bencana-di-dunia/. (Diakses pada 12 September 2015, 11:17).
Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni: Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bugin, Victor. 2010. “Makna Melihat” dalam Howard Davis & Paul Walton (Ed.). Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Garber, Megan. 2013. “And Now There Is a ‘National Selfie Portrait Gallery’”. http://www. theatlantic.com/technology/archive/2013/10/ and-now-there-is-a-national-selfie-portrait-gallery/280651/. (Diakses pada 12 September 2015, 19: 44).
Himawan, Willy. 2014. “Citra Budaya Melalui Kajian Historis dan Identitas: Perubahan Budaya Pariwisata Bali Melalui Karya Seni Lukis” dalam Journal of Urban Society’s Arts, Vol. 1, No. 1 – April 2014.
Kusrini. 2013. “Selfie sebagai Perangkat Citra Diri Masyarakat Urban” dalam Journal of Urban Society’s Arts, Vol. 13, No. 1 – April 2013.
Piliang, Yasraf Amir. 2010. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Matahari.
Redaksi. 2015. “Selfie Masuk Kawah Merapi”. h t t p : / / w w w 2 . j a w a p o s . c o m / b a c a / artikel/17485/selfie-masuk-kawah-merapi. (Diakses pada 12 September 2015, 11.05).
Hardoko, Ervan (Edt.). 2015. “Ingin Buat ‘Selfie’ Spesial, Gadis Romania Tewas Tersengat Listrik”. http://internasional.kompas. com/read/2015/05/12/21520261/ Ingin. Buat.Selfie.Spesial.Gadis.Romania.Tewas. Tersengat.Listrik. (Diakses pada 12 September 2015, 21:16).
Moving Image. 2016. “National #Selfie Portrait Gallery”. http://www.moving-image.info/ national-selfie-portrait-gallery/. (Diakses pada 12 September 2015, 20:45).
Oxford University Press. 2016. “selfie”. http://www.oxforddictionaries.com/us/ definition/ american_english/selfie. (Diakses pada 14 September 2015, 01:27).
Reznik, Eugene. 2013. “Off Your Phone and On View: The National #Selfie Portrait Gallery”. http://time.com/3803252/off-your-phone-and-on-view-the-national-selfie-portrait-gallery/. (Diakses pada 12 September 2015, 20:03).
Schirato, Tony & Jen Webb. 2004. Reading the Visual. Australia: Allen & Unwin.
Supartono, Alexander. 2014. “Budaya Visual, Bahasa Visual”. sejarahfoto.com/?p=825. (Diakses pada Rabu, 13 Septemberi 2015, 23:19).
Sutrisno, Mudji & Hendar Putranto. 2005. Teori- Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
The Art Story Modern Art Insight. 2015. “Marcel Duchamp, French Painter and Sculptor”. http://www.theartstory.org/artist-duchamp-marcel.htm. (Diakses pada 13 September 2015, 11:57).
Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Tolstoy, Leo. 1960. What is Art. New York: MacMillan.
Yohanes, David. 2015. “Selfie Lima Wisatawan Pantai Bajulmati Ini Berujung Maut, Satu Tewas, Tiga Hilang”. http://surabaya. tribunnews.com/2015/01/01/breaking-news-selfie-lima-wisatawan-pantai-bajulmati-ini-berujung-maut-satu-tewas-tiga-hilang. (Diakses pada 12 September 2015, 23:19).
Williams, Raymond. 1981. Culture. Inggris: Fontana Paperbacks.
Informan
Ahmad Dhamai (30 tahun). Pengguna jasa fotografer untuk pre-wedding, tinggal di Salatiga, Jawa Tengah.
DOI: https://doi.org/10.24821/jousa.v2i2.1448
Article Metrics
Abstract view : 0 timesPDF - 0 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. ISSN 2355-2131 (print) | ISSN 2355-214X (online).